|
Masa depan moda
komunikasi, situs perkuliahan dan padepokan pribadi dosen
...
Yogyakarta, Rabu 26 Juni 2013 pukul 08:45
wib.
Perubahan paradigma komunikasi
Saat sekarang, perguruan tinggi di
Indonesia pada khususnya, maupun bangsa Indonesia pada
umumnya, sedang mengalami transisi budaya, dari budaya lisan
menjadi budaya daring/internet/online[1].
Hampir merata di seluruh Indonesia, masyarakat umum maupun
perguruan tinggi masih sangat lekat dengan budaya lisan. Di
Indonesia, karya cetak, baik berupa buku populer di kalangan
masyarakat, maupun publikasi ilmiah di perguruan tinggi
masih jauh tertinggal dibandingkan negara lain, terutama
negara-negara maju. Oleh karena itu banyak perguruan tinggi
di Indonesia yang berlomba-lomba untuk menaikkan publikasi
ilmiah melalui media cetak. Hal ini tentu saja tidak salah,
namun kurang tepat. Masa kini, media komunikasi sedang
mengalami transformasi secara masif dari tradisi cetak
menjadi daring (lihat Gambar 1). Memfokuskan pada publikasi
ilmiah cetak merupakan hal yang kurang tepat, lebih baik
fokus ke media komunikasi masa depan yaitu komunikasi
daring/internet, baik untuk publikasi ilmiah maupun populer.
Daripada fokus kepada media cetak lebih baik seluruh usaha
difokuskan kepada pengembangan media daring. Kesiapan
menyongsong masa depan merupakan kunci keberhasilan dari
sebuah institusi.
Gambar 1. Moda komunikasi dan publikasi di masa mendatang.
Bagaimana anda memposisikan institusi maupun anda
pribadi?
Jangan terperangkap dalam moda komunikasi transisi sehingga
tidak siap menyongsong masa depan:-) Fokus ke masa
depan.
Padepokan Daring Guru dan Dosen
Guru dan dosen, sebagai pendidik masyarakat, seharusnya
merupakan garda terdepan dari sebuah masyarakat. Demikian
halnya terkait dengan penggunaan TIK (Teknologi Informasi
dan Komunikasi), guru dan dosen, sebaiknya menempatkan diri
sebagai pemandu masyarakat dalam penggunaannya, baik dari
sisi pemanfaatan teknologinya maupun etika penggunaannya.
Oleh karena itu guru dan dosen diharapkan secepat mungkin
melakukan adopsi TIK secara tepat untuk memajukan
masyarakat.
Salah satu aspek yang dipunyai guru dan dosen adalah
kompetensi bidang keilmuan masing-masing dan kemampuan
mengajar. Kedua kemampuan tersebut dapat diimplementasikan
menggunakan TIK dengan menggunakan semacam padepokan maya
(daring) dalam dunia maya. Penyebaran ilmu akan mengalami
kemajuan pesat kalau guru dan dosen secara sadar membagikan
ilmunya kepada masyarakat yang membutuhkan. Penggunaan TIK
merupakan salah satu jawaban!
Guru dan dosen, baik disadari atau tidak, akan
membutuhkan wahana untuk aktualisasi diri yaitu mengajar.
Oleh karena itu membuat sebuah rumah belajar atau padepokan
maya dengan TIK menjadi sebuah pilihan yang menarik.
Pembuatan padepokan daring akan menjadi luas pengaruhnya
jika institusi yang menaungi guru dan dosen mendukung
sepenuhnya untuk pembentukan padepokan daring.
Pusat Pengembangan Pendidikan dan eLisa UGM
Universitas Gadjah Mada, telah memulai usaha-usaha kearah
sana yaitu
- perbaikan pembelajaran secara umum dengan pembentukan
Pusat Pengembangan Pendidikan (P3) UGM pada tahun 2005,
dan
- pengembangan pembelajaran daring (berbasis internet)
dengan pembentukan unit elearning (pada tahun
2004)yang kemudian membuat perangkat lunak yang terkenal
dengan nama eLisa (eLearning
system for academic communities)
Tulisan ini tidak akan membahas tentang kedua aspek di
atas, namun lebih fokus kepada bagaimana seharusnya
aktualisasi diri seorang dosen UGM dalam menerapkan Tri
Dharma PT untuk kepentingan masyarakat yang lebih luas.
Berdasarkan pengalaman menjadi dosen sejak sekitar tahun
1983, dan melihat teman-teman dosen muda, paruh baya, maupun
yang sudah senior dan yang sudah pensiun, mereka semuanya
membutuhkan aktualisasi diri. Sebenarnya wahana aktualisasi
diri menjadi sangat luas pada saat ini, karena internet
menyediakan fasilitas untuk itu. Aktualisasi diri melalui
blog, jejaring sosial dan media daring lainnya dapat
dilakukan oleh siapa pun juga. Kebutuhan aktualisasi diri
merupakan kebutuhan dasar manusia.
Dosen membutuhkan aktualisasi diri. Dosen UGM pun butuh
aktualisasi diri juga. Bagaimana caranya? Pada sebuah
institusi perguruan tinggi yang mempunyai tugas Tri Dharma,
maka ketiga dharma ini, pelaksanaannya harus difasilitasi
didalam rerangka kebijakan institusinya. Dengan demikian
selama menjalankan tugas Tri Dharma atas nama institusi,
maka aktualisasinya difasilitasi oleh institusi. Dalam
bentuk daring, institusi sebaiknya menyediakan wahana untuk
"mempublikasikan" kegiatan tersebut. Namun demikian hal ini
tidak cukup, karena dosen sebagai individu juga butuh
aktualisasi pribadi. Untuk aktualisasi kedua yang bersifat
pribadi, sebaiknya institusi pula yang menjadi fasilitator.
Walaupun keduanya difasilitasi oleh institusi, namun
isi/sifat dari aktualisasinya sangat berbeda:
- yang pertama bersifat institusional dengan
segala atributnya, dan
- bersifat personal tergantung masing-masing
individu.
Dengan cara ini, maka terjadilah sinergi kepentingan,
dosen sebagai anggota sebuah institusi maupun sebagai
individu dapat saling mendukung. Dalam Gambar 2 disajikan
salah satu contoh implementasi konsep ini di UGM dalam
bentuk daring:
- dalam melaksanakan dharma
pendidikan/pembelajaran, dosen difasilitasi dengan
eLisa, sedangkan
- untuk kepentingan pribadi dosen dapat menggunakan
domain ugm.ac.id untuk mengaktualisasi diri daring.
Contoh aktualisasi diri dari penulis dapat dilihat di
Gambar 2. Teknologi Informasi dan Komunikasi harus
memberikan ruang bagi institusi dan dosen sebagai pribadi
untuk berkembang.
Kesenjangan Digital
Walaupun kelihatannya mudah, namun pelaksanaan sinergi
aktualisasi diri dan institusi daring mengalami kendala.
Kendala tersebut, saat ini, disebabkan adanya kesenjangan
digital yang secara populer disajikan dalam Gambar 3.
Kesenjangan digital ini tidak hanya terjadi pada masyarakat
umum, bahkan di perguruan tinggi pun terjadi. Banyak pembuat
keputusan/kebijakan di perguruan tinggi sebetulnya termasuk
kelompok "gagap TIK" oleh karena itu rerangka kebijakan yang
dibuat biasanya kurang mendukung sinergi daring yang
dijelaskan di atas.
Gambar 3. Kesenjangan digital dalam masyarakat pada tahun
2013.
Pembuatan Rumah Maya (Daring) Pribadi
Kebutuhan papan (rumah tinggal) merupakan kebutuhan
primer manusia; dosen juga membutuhkan. Namun dalam dunia
modern, banyak dosen yang belum menyadari bahwa mereka
seharusnya sudah mulai memikirkan masa depan. Dosen
seharusnya mulai membuat rumah maya (daring) untuk kebutuhan
masa depan. Rumah maya tersebut merupakan markas/kantor
pusat pribadi untuk melakukan interaksi maya dengan
masyarakat sekitarnya. Banyak dosen yang belum menyadari
karena kesenjangan digital yang dijelaskan sebelumnya.
Pembuatan rumah maya sudah sangat mudah, saat ini.
Fasilitas pembuatan rumah maya, berupa perangkat lunak
gratis, sangat banyak tersedia, antara lain:
WordPress, Joomla, dlsb. Dalam sebuah
perguruan tinggi, pembuatan rumah maya tersebut seharusnya
difasilitasi dengan menyediakan kapling tanah maya. Kapling
tanah maya oleh perguruan tinggi biasanya disediakan dalam
wujud domain name, contohnya, untuk UGM (Universitas
Gadjah Mada), nama domain tersebut adalah ugm.ac.id.
Di UGM, setiap dosen, diberi kapling tanah maya,
staff.ugm.ac.id. Seorang dosen, boleh memilih alamat
rumah maya tersebut sesuai pilihan dan diatur sesuai
kebutuhan. Penulis, memilih alamat luk sebagai
penanda rumah mayanya, sehingga alamt rumah maya tersebut
secara lengkap adalah luk.staff.ugm.ac.id. Dengan
menggunakan alamat rumah maya inilah kita akan meletakkan
artikel, foto, gambar, musik, video yang merupakan
aktualisasi diri kita dan berinteraksi dengan masyarakat via
alamat maya tersebut.
Penulis kebetulan mengisi rumah mayanya tidak menggunakan
blog, karena pada waktu pembangunan rumah
maya ini, blog belum lahir. Penulis menggunakan
cara yang lebih mendasar yaitu (1) menulis artikel (dlsb.)
menggunakan editor html biasa, kemudian (2)
memindah/menggunggah Butir (1) menggunakan ftp ke
alamat maya yang disediakan oleh UGM.
Kiat Pembuatan Rumah Maya
Pada bagian ini, penulis akan menyajikan sebuah cara yang
praktis untuk mengelola rumah maya, secara mandiri tanpa
menggunakan perangkat lunak blogger. Pembuatan rumah
maya dengan menggunakan perangkat lunak semacam
Joomla, WordPress, dlsb. jauh lebih mudah dan
lebih umum digunakan dibandingkan cara yang penulis gunakan.
Lebih mudah lagi kalau kita menggunakan jejaring sosial
semacam Facebook, karena selain memiliki (a)
kemudahan teknologi blog, juga (b)
pengunjung yang menjadi anggota Facebook sudah
banyak. Rumah maya yang kita unggah dengan kedua cara ini,
kemungkinan untuk dikunjungi pembaca lebih besar dan
manjemen isi rumah maya juga lebih mudah.
Gambar 4. Struktur folder pada hardisk lokal yang
disesuaikan dengan alamat situs.
Cara yang digunakan penulis agak lebih sulit, karena
harus menguasai seluk-beluk protokol unggah file (ftp -
file transfer protocol, dlsb.) ke rumah maya kita.
Penulis tidak akan menjelaskan teknologi ini secara rinci,
namun hanya kiat manjemen file agar lebih mudah dalam
pengelolaan rumah maya.
Penulis menggunakan alamat rumah maya yang diberikan UGM
(sebagai penyedia jasa/provider) sebagai nama folder
dalam hardisk lokal di laptop utama penulis. Alamat
rumah maya yang diberikan oleh UGM untuk penulis adalah
luk.staff.ugm.ac.id
(atau luk.tsipil.ugm.ac.id),
oleh karena itu penulis membuat folder dengan nama
luk.tsipil.ugm.ac.id.
Setiap kali penulis akan menulis artikel (atau membuat
bahan kuliah, maupun unggah foto, dlsb.) selalu dilakukan
pada hardisk lokal yaitu dalam folder
luk.tsipil.ugm.ac.id. Jadi pada prinsipnya folder
lokal luk.tsipil.ugm.ac.id merupakan rumah maya
penulis dalam laptop lokal. Folder lokal
luk.tsipil.ugm.ac.id ini dapat dilihat dengan
browser misalkan Internet Explorer, Google Chrome,
Apple Safari, maupun Mozilla Firefox.
Dengan cara semacam ini maka penulis mempunyai banyak
keuntungan:
- Rumah maya yang ada di internet hanya merupakan
duplikat (kembaran) dari folder dengan nama serupa
pada harddisk lokal. Jika versi rumah maya daring
mengalami gangguan keamanan, maka dengan mudah diunggah
kembali dari versi lokal di laptop.
- Pada saat melakukan penulisan/penyuntingan artikel
tidak perlu terhubung dengan internet karena yang
digunakan adalah versi lokal. Demikian pula kalau
browsing rumah maya (misal untuk keperluan kuliah)
tersebut tidak perlu menggunakan versi daring cukup
dengan versi lokal. Setelah seluruhnya siap dalam versi
lokal, baru versi rumah maya (daring) diunggah
sekaligus.
- Kesamaan nama antara folder lokal dengan
alamat rumah maya, memudahkan mengingat alamat rinci
rumah maya. Jika sewaktu-sewaktu dibutuhkan, maka alamat
artikel daring yang dibutuhkan tidak perlu dicari di
internet, cukup dengan melihat struktur folder
lokal seperti disajikan dalam Gambar 4.
Catatan:
- Artikel yang penulis sedang tulis ini pun, pada
awalnya ditulis dalam versi lokal, baru kemudian
diunggah. Sehubungan tradisi cetak dan daring yang
disajikan pada Gambar 1 di atas, artikel yang saya tulis
ini akan selalu saya perbaiki karena versi daring memang
selalu dinamis dapat mengalami perubahan sewaktu-waktu.
Tidak demikian halnya dengan versi cetak, misalkan
artikel di buku atau surat kabar, begitu sudah dicetak,
maka kesalahan yang ada harus dikoreksi kemudian dalam
cetakan berikutnya. Alamat maya dari artikel ini adalah
http://luk.tsipil.ugm.ac.id/artikel/situskuliah.html
yang merupakan versi daring dari artikel lokal D:\My
Stuffs\luk.tsipil.ugm.ac.id\artikel\situskuliah.html.
- Pada dekade ini, 2000-2020, perpustakaan besar di
dunia melakukan digitalisasi koleksi cetaknya, ini
merupakan sebuah kepastian. Oleh karena itu jika pimpinan
PT di Indonesia masih berkutat dengan media cetak, akan
semakin tertinggal jauh dengan perpustakaan di negara
maju. Beberapa artikel yang bagus untuk dibaca sebagai
acuan:
- Perpustakaan Vatikan melakukan digitalisasi
koleksi langka yang dimiliki: http://www.vaticanlibrary.va,
http://www.technewsdaily.com,
http://www.theverge.com,
http://www.thestar.com,
http://www.freerepublic.com.
- Program digitalisasi perpustakaan perguruan
tinggi: University
of Manchester Library, Michigan
Digitization Project (Wikipedia),
University
of Alberta Digital Initiatives, Harvard
College Library Collections Digitization Program,
Stanford
University Libraries Digitization, Yale
University Library Mass Digitization Project.
- Perpustakaan umum juga melakukan digitalisasi:
Paperless
public libraries switch to digital, Digital
Public Library Of America (DPLA) launches to
public.
- Banyak surat kabar terkenal mati edisi cetaknya,
kemudian beralih ke edisi daring: Wikipedia:
Future of newspapers, Death
of Print Media, Newsweek
to end publication of print edition.
Catatan kaki:
- [1]
daring kependekan dalam jaringan; luring kependekan dari
luar jaringan.
|