... apa yang saya pikirkan untuk Indonesia tercinta ...


Berhala H-Indeks di Dunia Akademik

Yogyakarta, Jum'at, 15 Agustus 2025, pukul 16:19 wib.

Sekitar 15 tahun yang lalu, saya membuat poster Dosen Penyembah Berhala Serdos, BKD, & LKD. Jaman sekarang berhalanya bertambah banyak yaitu sekitar perangkap jurnal akademik dan kegilaan terhadap indeks.

Gambar 1. Poster satire dosen penyembah berhala H-Indeks. (Poster lainnya)

A. Apa itu H-Index

H-Index, atau Hirsch Index, adalah metrik untuk mengukur produktivitas dan dampak publikasi ilmiah seorang ilmuwan atau peneliti. Indeks ini mengukur baik jumlah publikasi maupun frekuensi sitasi yang diterima oleh publikasi-publikasi tersebut. H-Index memiliki nilai "h" jika seseorang telah menerbitkan "h" artikel yang masing-masing telah disitasi setidaknya "h" kali.

Sebagai contoh:

  • Seorang dosen memiliki H-Index 10 jika dia telah menerbitkan 10 artikel yang masing-masing telah disitasi setidaknya 10 kali.
  • Jika salah satu artikelnya hanya disitasi 9 kali, maka artikel tersebut tidak termasuk dalam perhitungan H-Index.

B. H-Index sebagai "Berhala"

Istilah "berhala H-Index" mengacu pada pemujaan atau obsesi berlebihan terhadap nilai H-Index. Di Indonesia, fenomena ini sering muncul karena H-Index dianggap sebagai indikator utama kinerja dosen. Terutama, H-Index menjadi salah satu syarat penting untuk:

  • Jabatan fungsional dosen: Nilai H-Index sering kali menjadi syarat minimum untuk kenaikan pangkat, misalnya dari Lektor ke Lektor Kepala atau dari Lektor Kepala ke Guru Besar.
  • Pencairan dana hibah penelitian: Banyak skema hibah penelitian mensyaratkan H-Index minimal sebagai bagian dari kriteria seleksi.

C. Dampak Negatif "Berhala H-Index"

Obsesi terhadap H-Index ini memunculkan beberapa masalah, di antaranya:

  • Memicu praktik tidak etis: Untuk meningkatkan H-Index secara instan, sebagian dosen mungkin terlibat dalam praktik-praktik seperti self-citation (mencantumkan sitasi ke artikelnya sendiri secara berlebihan) atau citation cartel (kelompok peneliti saling sitasi). Praktik ini dapat merusak integritas akademik dan menghasilkan sitasi palsu yang tidak mencerminkan kualitas penelitian.
  • Mendorong publikasi jurnal "predator": Dosen yang tertekan untuk meningkatkan H-Index bisa terjerumus untuk mempublikasikan artikel di jurnal predator. Jurnal ini adalah jurnal berbayar (seringkali mahal) yang menjanjikan proses publikasi yang cepat tanpa melalui proses peer-view yang ketat, sehingga kualitas artikel tidak terjamin.
  • Merusak fokus penelitian: Tekanan untuk meningkatkan H-Index dapat menggeser fokus penelitian dari topik yang relevan dan bermanfaat menjadi topik-topik yang berpotensi mendapatkan banyak sitasi. Hal ini mengurangi motivasi untuk melakukan penelitian yang benar-benar inovatif, berdampak, dan memecahkan masalah.
  • Mengabaikan indikator kualitas lain: Nilai H-Index yang tinggi tidak selalu mencerminkan kualitas penelitian. Indeks ini tidak bisa mengukur dampak sosial, ekonomi, atau inovasi dari sebuah penelitian. Penelitian yang sangat penting dan transformatif mungkin tidak memiliki banyak sitasi, terutama jika topiknya sangat spesifik.

D. Solusi dan Perspektif

Penting untuk melihat H-Index sebagai salah satu dari banyak indikator, bukan satu-satunya. Alih-alih menjadikan H-Index sebagai berhala, sebaiknya kita melihatnya sebagai salah satu metrik dari berbagai aspek penilaian kinerja dosen.

Beberapa solusi yang dapat diterapkan:

  • Menggunakan indikator yang lebih beragam: Institusi pendidikan dan lembaga pemberi dana perlu mempertimbangkan metrik lain seperti Impact Factor (untuk jurnal), Altmetrics (mengukur dampak penelitian di media sosial), atau kualitas publikasi (publikasi di jurnal bereputasi tinggi).
  • Fokus pada kualitas, bukan kuantitas: Daripada mempublikasikan banyak artikel yang dampaknya kecil, lebih baik fokus pada penelitian yang berkualitas tinggi, orisinal, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.
  • Pendidikan etika akademik: Dosen, terutama yang muda, perlu diberikan pemahaman mendalam tentang etika publikasi ilmiah dan risiko dari praktik-praktik yang tidak etis.
  • Membangun ekosistem penelitian yang sehat: Lembaga pendidikan perlu menciptakan lingkungan yang mendukung penelitian berkualitas, bukan hanya mengejar target-target yang hanya berorientasi pada angka.

Dengan demikian, H-Index dapat menjadi alat ukur yang bermanfaat tanpa menjadi "berhala" yang mengorbankan integritas dan kualitas akademik.


Apa hubungan H-Index dengan Impact Factor 

H-Index dan Impact Factor memang sering muncul bersamaan ketika membicarakan reputasi penelitian, tapi keduanya mengukur hal yang berbeda — ibaratnya, H-Index itu “rapor peneliti”, sedangkan Impact Factor itu “rapor jurnal”.

1. H-Index

  • Definisi: Indeks yang mengukur produktivitas dan dampak sitasi seorang peneliti.
  • Cara hitung: Seorang peneliti memiliki H-Index = h jika ia telah menerbitkan h artikel, masing-masing disitasi minimal h kali.
  • Fokus: Individu (kadang juga digunakan untuk kelompok riset atau institusi).
  • Contoh: Jika H-Index Anda 20, berarti Anda punya 20 artikel yang masing-masing disitasi = 20 kali.

2. Impact Factor (IF)

  • Definisi: Rata-rata jumlah sitasi per artikel dalam sebuah jurnal dalam periode dua tahun (atau lima tahun, tergantung jenisnya).
  • Cara hitung:
    IFtahun X = (Jumlah sitasi pada tahun X untuk artikel yang terbit di tahun X-1 dan X-2)/Jumlah artikel yang terbit di jurnal pada tahun X-1 dan X-2)
  • Fokus: Jurnal, bukan individu.
  • Contoh: IF = 5 artinya rata-rata setiap artikel di jurnal itu disitasi 5 kali dalam 2 tahun setelah terbit.

Hubungan keduanya:

  • Tidak langsung terhubung secara matematis.
  • H-Index peneliti bisa lebih cepat naik jika ia sering menerbitkan di jurnal dengan Impact Factor tinggi, karena peluang disitasi biasanya lebih besar.
  • Sebaliknya, publikasi di jurnal dengan IF tinggi tidak otomatis menjamin H-Index tinggi jika artikelnya jarang disitasi.
  • Jadi, Impact Factor kualitas & visibilitas jurnal, sedangkan H-Index akumulasi pengaruh riset seorang peneliti.

Hubungan H-Index dengan Impact Factor

1. Definisi singkat

  • Impact Factor (IF): Mengukur rata-rata jumlah sitasi per artikel yang diterbitkan dalam suatu jurnal dalam dua atau tiga tahun terakhir. Digunakan untuk menilai reputasi atau pengaruh jurnal.
  • H-Index: Mengukur produktivitas dan dampak ilmuwan, kelompok riset, atau bahkan jurnal berdasarkan kombinasi jumlah publikasi dan jumlah sitasi yang diterima.

2. Perbedaan fokus

  • IF berfokus pada jurnal: seberapa sering artikel di jurnal tersebut disitasi.
  • H-Index berfokus pada individu atau institusi (bisa juga jurnal): berapa banyak publikasi yang signifikan secara sitasi.

3. Hubungan keduanya

  • IF tinggi kemungkinan besar akan membantu penulis memperoleh H-Index yang lebih tinggi jika mereka sering menerbitkan di jurnal tersebut, karena artikelnya berpeluang disitasi lebih banyak.
  • H-Index tinggi tidak selalu berarti penulis hanya menerbitkan di jurnal dengan IF tinggi — bisa saja artikel yang banyak disitasi berasal dari jurnal IF sedang, tetapi topiknya relevan dan banyak digunakan.
  • Secara sederhana:
    • Impact Factor reputasi jurnal
    • H-Index reputasi dan dampak produktivitas penulis/institusi
    • IF yang tinggi dapat menjadi “kendaraan” untuk meningkatkan H-Index, tetapi tidak menjamin secara otomatis.

4. Analogi sederhana

Bayangkan IF seperti popularitas panggung konser, sedangkan H-Index seperti jumlah lagu hits yang dibawakan seorang musisi sepanjang kariernya. Panggung besar (IF tinggi) bisa membuat lagu lebih dikenal, tapi kalau lagunya bagus dan relevan, meski di panggung kecil pun bisa jadi hits.

Gambar 2. Perbandingan H-Indeks dan Impact Factor. (Poster lainnya)


(Alamat situs ini: http://luk.staff.ugm.ac.id/artikel/, http://luk.tsipil.ugm.ac.id/artikel/)