... dari masa ke masa ... |
|
Di Indonesia, kita sering mengalami perbedaan penentuan bulan Ramadhan maupun bulan haji. Sedemikian seringnya, bahkan mungkin sudah menjadi kebiasaan yang akan berulang setiap beberapa tahun. Oleh karena itu saya melakukan penelitian "sosial" (bukan astronomis maupun keagamaan). Caranya adalah dengan mencatat setiap perbedaan yang terjadi pada penentuan bulan Ramadhan antara Muhammadiyah dan Pemerintah RI. Perbedaan maupun persamaan tersebut tidak saya hubungkan secara langsung dengan sudut ketinggian bulan, karena terlalu teknis dan sulit dipahami oleh masyarakat awam. Saya parameter pilih yang lebih mudah diamati sehari-hari yaitu umur bulan (jam:menit:detik) dari mulai konjungsi (bulan baru) astronomis sampai dengan saat Maghrib pertama setelah terjadi setelah konjungsi tersebut. Dalam tabel persepsi hilal, Gambar 1, di bawah ini digunakan hal-hal berikut ini:
Gambar 1. Persepsi hilal Ramadhan di Indonesia Usulan Penyelenggaraan Sidang Isbat di masa mendatangAndaikan Kemenag menganggap perlu mempertahankan Sidang Isbat untuk melihat hilal, sebaiknya diselenggarakan pada waktu Maghrib pertama setelah konjungsi astronomis terjadi (lihat Gambar 2). Gambar 2. Usulan Penyelenggaraan Sidang Isbat Kemenag Umur bulanPada Gambar 3 disajikan umur bulan (benda langit) menurut beberapa tradisi keilmuan dan agama. Gambar 3. Umur bulan (benda langit) menurut beberapa tradisi (sumber) Sumber Pustaka
|
|
oleh Ir. Djoko Luknanto, M.Sc., Ph.D. (Djoko Luknanto, Jack la Motta, Luke Skywalker) (Alamat situs ini: http://luk.staff.ugm.ac.id/hilal/, http://luk.tsipil.ugm.ac.id/hilal/) Peneliti Sumberdaya Air |