Doa Sang Katak

oleh Anthony de Mello SJ

Indeks Islam | Indeks Sufi | Indeks Artikel | Tentang Penulis

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota


DUA MACAM HARI SABAT

Di antara orang Yahudi penyucian hari Sabat, hari Tuhan, itu pada mulanya suatu kegembiraan, tetapi terlalu banyak rabbi terus memasukkan tambahan satu demi satu, bagaimana itu harus dilakukan secara tepat, tindakan apa yang diizinkan, hingga sementara orang merasa hampir tidak bisa bergerak sepanjang Sabat, kalau salah satu peraturan mungkin bisa dilanggar.

Baal Shem, putra Eliezer, banyak memikirkan hal ini. Pada suatu malam ia bermimpi. Seorang malaikat membawa dia ke surga dan menunjukkan dua takhta ditempatkan tinggi mengatasi lainnya.

"Bagi siapa itu diperuntukkan?" ia bertanya.

"Untuk engkau," jawabnya, "jika engkau menggunakan akal-budimu, dan untuk orang, yang nama serta alamatnya sedang ditulis dan akan diberikan kepadamu."

Lalu ia dibawa ke tempat paling dalam di neraka dan ditunjukkan dua tempat kosong. "Ini disiapkan untuk siapa?" ia bertanya.

"Untuk engkau," jawabnya, "jika engkau tidak menggunakan akal-budimu: dan untuk orang, yang nama dan alamatnya sedang ditulis untuk engkau."

Di dalam mimpi Baal Shem mengunjungi orang, yang akan menjadi temannya di firdaus. Ia menemukan dia bermukim di tengah orang kafir, tak tahu menahu tentang adat Yahudi, dan pada hari Sabat, ia mengadakan perjamuan dengan banyak acara gembira, dan di situ semua tetangga kafir diundang. Dan ketika Baal Shem bertanya, mengapa ia mengadakan perjamuan itu, ia dijawab: "Aku ingat, bahwa waktu kecil aku diajar orangtuaku, bahwa hari Sabat itu untuk mengaso dan bergembira, maka pada hari Sabtu ibuku itu menghidangkan makanan paling mewah: di situ kami bernyanyi, menari dan bergembira. Aku berbuat yang sama pada hari ini."

Baal Shem mencoba mengajar orang itu tentang cara menghayati agamanya, sebab ia lahir Yahudi, tetapi ternyata sama sekali tidak tahu tentang peraturan para rabbi. Tetapi ia terdiam kelu, ketika menyadari, bahwa kegembiraan orang tadi pada hari Sabat akan terganggu, jika ia disadarkan akan kekurangannya.

Baal Shem, masih dalam mimpinya, lalu pergi ke rumah temannya di neraka. Ia menemukan orang itu sebagai penganut Hukum ketat, selalu waspada, jangan ada tindakannya yang tidak tertib. Orang celaka itu setiap hari Sabat hidup kalut, seakan-akan ia duduk atas api membara. Ketika Baal Shem mau memperingatkan dia akan perbudakan Hukum, kemampuannya untuk berbicara hilang, karena ia sadar, bahwa orang itu tidak akan mengerti, bahwa ia bisa berbuat salah dengan menepati peraturan agama.

Berkat pewahyuan yang diberikan kepadanya lewat mimpi, Baal Shem Tor mengembangkan cara baru untuk kebaktian, di mana Tuhan disembah dengan gembira, yang datang dari hati.

Jika orang bersukacita ia selalu baik, tetapi bila mereka baik, mereka jarang bersukacita.

(DOA SANG KATAK 1, Anthony de Mello SJ,
Penerbit Kanisius, Cetakan 12, 1996)

Indeks Islam | Indeks Sufi | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team