Doa Sang Katak

oleh Anthony de Mello SJ

Indeks Islam | Indeks Sufi | Indeks Artikel | Tentang Penulis

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota


GESSEN, RAHIB YANG RAKUS

Gessen itu seorang rahib Budha. Tetapi ia juga seniman berbakat ulung. Sebelum ia mulai dengan melukis ia selalu menuntut bayaran di muka. Dan upah ini besar luar biasa. Maka ia dikenal sebagai rahib rakus.

Seorang geisha memanggil dia untuk menggambar. Gessen berkata: "Kamu mau membayar berapa?" Perempuan itu kebetulan melayani kekasih kaya di waktu itu. Ia berkata: "Apa saja yang kamu minta. Tetapi lukisan harus dibuat sekarang di hadapanku."

Gessen segera mulai bekerja dan ketika lukisan sudah selesai, ia menuntut bayaran paling tinggi yang pernah ia minta. Ketika Geisha itu memberikan uangnya, ia berkata kepada kekasihnya. "Orang ini dianggap seorang rahib, tetapi yang dipikirkan hanya uang. Bakatnya memang luar biasa, tetapi pikirannya itu kotor, mata-duitan. Bagaimana orang memamerkan lukisan orang berpikiran kotor seperti itu? Karyanya itu baik untuk pakaian dalam bagiku."

Dengan itu ia melemparkan rok dalam kepadanya dan meminta untuk menggambarkan lukisan padanya. Gessen bertanya seperti biasa sebelum ia mulai dengan karyanya. "Kamu akan memberi aku upah berapa?" "Oh, sebanyak yang kamu inginkan," kata wanita itu. Gessen menyebut harganya, menggambarkan lukisan, tanpa malu mengantongi uangnya, dan pergi.

Bertahun-tahun kemudian, ada seseorang yang menemukan mengapa Gessen begitu rakus mengumpulkan uang. Bahaya kelaparan kerap menimpa daerahnya. Orang kaya tidak perduli menolong yang miskin. Maka Gessen menyuruh membangun lumbung-lumbung rahasia di daerah itu dan mengisinya dengan gandum bagi keadaan darurat. Tidak ada orang tahu, gandum datang dari mana atau siapa penderma bagi wilayah itu.

Alasan lain, mengapa Gessen menginginkan uang itu: jalan dari desanya menuju kota yang puluhan kilometer jauhnya. Jalan itu dalam keadaan begitu jelek, hingga gerobag tidak bisa berjalan di sana; hal ini menimbulkan banyak derita bagi yang tua dan yang sakit, kalau mereka perlu pergi ke kota. Maka Gessen menyuruh memperbaiki jalan.

Alasan terakhir adalah kuil untuk bermeditasi, yang selalu dicita-citakan oleh guru Gessen, tetapi tidak dapat ia laksanakan. Gessen membangun kuil itu sebagai tanda terimakasih kepada guru yang dihormatinya.

Sesudah rahib rakus itu selesai membangun jalan, kuil dan lumbung-lumbung, ia membuang cat dan kuas, kembali ke gunung-gunung, untuk masuk dalam hidup berkontemplasi dan ia tidak melukis lagi.

Perbuatan seseorang pada umumnya menunjukkan apa yang mau ditafsirkan oleh pengamat.

(DOA SANG KATAK 1, Anthony de Mello SJ,
Penerbit Kanisius, Cetakan 12, 1996)

Indeks Islam | Indeks Sufi | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team