PENGANTAR

Robert Graves

Sufi merupakan suatu komunitas rahasia spiritual (freemasonry) kuno yang belum pernah ditelusuri dan dicatat asal-usulnya. Mereka sendiri tidak tertarik untuk membukukan fakta tentang dirinya, karena sudah puas menjelaskan fakta dengan perspektif mereka sendiri di berbagai kawasan dan masa yang berbeda-beda. Meski secara umum fakta mereka disalahpahami sebagai satu madzhab Muslim, namun para Sufinya sebenarnya telah dikenal dalam semua agama: seperti berbagai kelompok keagamaan rahasia dan diakui telah mendahului keberadaan majelis mereka, apa pun kitab sucinya -- baik Injil, al-Qur'an, ataupun Taurat -- yang telah diakui sebagai "Kondisi" temporer. Jika mereka menyebut Islam sebagai "inti" Sufisme, hal ini karena mereka yakin bahwa Sufisme merupakan ajaran rahasia dari semua agama. Bahkan menurut Ali al-Hujwiri, seorang penulis Sufi awal yang otoritatif, Nabi Muhammad saw pernah bersabda, "Barangsiapa mendengar suara orang-orang Sufi dan tidak mengatakan, Amin, maka di haribaan Tuhan orang tersebut tercatat sebagai orang yang lalai." Berbagai hadis lain menghubungkan Nabi saw dengan para Sufi dan dengan gaya Sufi itulah beliau memerintahkan para pengikutnya untuk menghormati semua Ahli Kitab, maksudnya mereka yang menghormati kitab sucinya sendiri -- suatu istilah yang pada perkembangan berikutnya mencakup orang-orang Majusi.

Para Sufi juga bukan sebuah sekte. Mereka tidak terikat pada dogma keagamaan setipis apa pun dan tidak mempergunakan tempat peribadatan reguler. Mereka tidak memiliki tempat suci, organisasi kependetaan ataupun instrumen keagamaan lainnya. Bahkan mereka tidak pula disebut dengan nama inklusif yang mungkin bisa memaksakan kesesuaian doktrinal mereka. "Sufi" tidak lebih dari suatu nama panggilan seperti Quaker yang mereka terima dengan selera humor yang tinggi. "Kami adalah Para sahabat" atau "Orang-orang seperti kami", merupakan cara mereka menyebut diri mereka sendiri. Mereka mengenal satu sama lain melalui bakat, kebiasaan, sikap pemikiran tertentu. Madzhab-madzhab Sufi memang mempunyai hubungan dekat dengan guru-guru khusus, namun tujuan madzhab itu hanya untuk memudahkan mereka dalam menyempurnakan kajian-kajian mereka melalui hubungan erat dengan sesama Sufi. Sementara karakteristik Sufi banyak ditemukan dalam berbagai kepustakaan, paling tidak sejak milenium kedua sebelum Masehi. Meskipun pengaruh mereka terhadap peradaban yang sangat mencolok muncul antara abad kedelapan dan kedelapan belas Masehi, para Sufi masih tetap aktif seperti sebelumnya. Jumlah mereka sekitar lima puluh juta orang. Kesulitan untuk membahas mereka muncul karena sikap saling mengenal di antara mereka tidak dapat dijelaskan dengan istilah-istilah moral dan psikologis biasa -- siapa pun yang memahaminya, dialah sang Sufi. Meskipun kesadaran terhadap sifat atau instink rahasia ini bisa dipertajam melalui hubungan langsung dengan para Sufi yang berpengalaman, namun tidak ada jenjang hierarkis di antara mereka. Yang ada hanyalah pengakuan penuh terhadap tingkat kapasitas pribadi mereka.

Sufisme telah diwarnai corak ketimuran karena telah begitu lama berada dalam penjagaan Islam. Namun Sufi secara alamiah di dunia Barat mungkin tersebar luas sebagaimana di dunia Timur Mereka mungkin berstatus orang awam, petani, pedagang, pengacara, guru sekolah, ibu rumah tangga, atau apa saja. "Berada di dunia, tapi bukan (bagian) dari dunia", bebas dari ambisi, keserakahan, kebanggaan intelektual, taklid buta pada adat atau tidak takut terhadap pribadi-pribadi yang mempunyai kedudukan lebih tinggi -- itulah ideal Sufi.

Akan tetapi, para Sufi tetap menghormati ritual-ritual agama selama hal tersebut memperkuat keserasian sosial. Bahkan mereka memperluas ajaran dasar agama di mana pun, yang dimungkinkan dan merumuskan mitos-mitosnya dalam pengertian yang lebih tinggi -- sebagai contoh, menjelaskan malaikat sebagai representasi fakultas manusia yang lebih tinggi. Setiap murid ditunjukkan semacam "kebun rahasia" bagi perkembangan pemahamannya, namun tidak pernah dituntut untuk menjadi seorang rahib atau pertapa (asketis) seperti mistik-mistik yang lebih konvensional. Setelah itu, si murid akan mengaku telah tercerahkan melalui pengalaman aktual -- dia yang merasakan, akan mengetahui -- bukan melalui argumen filosofis. Teori paling awal tentang evolusi kesadaran ini berasal dari Sufi, namun -- meskipun banyak dikutip kalangan Darwinian dan menimbulkan kontroversi besar abad kesembilan belas -- teori tersebut lebih diterapkan kepada individu ketimbang pada ras manusia. Langkah pelan seorang anak menuju kedewasaan hanya dipandang sebagai suatu jenjang perkembangannya yang lebih spektakuler menuju kekuatandinamisnya berdasar pada cinta, bukan asketisme ataupun akal.

Pencerahan itu datang bersama cinta -- cinta dalam pengertian puitis tentang pengabdian sempurna dari seorang Muse (Putri Zeus yang melindungi dan mendorong karya-karya puisi, seni dan ilmu pengetahuan. Semacam Dewi Saraswati dalam tradisi Hindu, pent.), yang betapapun tampak kejam dan berperilaku irasional, ia menyadari apa yang dikerjakannya. Ia jarang membalas sajak penyair pasangannya dengan suatu ungkapan kepuasannya, namun ia membenarkan pengabdiannya dan berpengaruh dalam membangkitkan jiwanya. Demikian pula Ibnu Arabi (1165-1240), seorang Arab Spanyol dari Murcia yang oleh para Sufi disebut sebagai Guru Puisi mereka, dalam Tarjuman al-Asywaq menulis:

Jika aku membungkuk kepadanya sebagai kewajibanku
Sementara dia tidak pernah menanggapi penghormatanku
Bukankah aku hanya menimbulkan keluhan?
Wanita rupawan tidak pernah mengundang rasa kewajiban.

Pada perkembangan selanjutnya, tema cinta ini digunakan dalam suatu penyembahan ekstatik dari Perawan Maria, yang sampai Perang Salib kurang mempunyai kedudukan penting dalam agama Kristiani. Pengagungan terbesar pada tema cinta dewasa ini tersebar luas di berbagai belahan Eropa dan disadari sangat dipengaruhi ajaran Sufistik.

Ibnu Arabi menyatakan tentang dirinya sendiri:

Aku mengikuti agama Cinta.
Saat ini kadangkala aku disebut
Pengembala Rusa (hikmah ketuhanan)
Di saat lain, seorang rahib Kristen,
Kadangkala, seorang bijak Persia.
Kekasihku tiga,
Tiga namun hanya satu.
Jangan beri dia nama,
Karena itu hanya membatasinya.
Begitu dia tampak,
Semua batuan akan terhanyut.

Para penyair merupakan penyebar utama pemikiran Sufi. Mereka memperoleh penghargaan yang sama sebagai ollamhs, [pendekar penyair], atau guru penyair, dari permulaan Abad Pertengahan di Irlandia, dan menggunakan bahasa rahasia yang serupa sebagai acuan metaforis dan simbol verbal. Nizhami, seorang Sufi Persia menulis, "Di bawah lisan penyair, tersimpan kunci khazanah." Bahasa rahasia ini adalah semacam perlindungan suatu tradisi pemikiran hanya bagi mereka yang memahaminya maupun untuk menentang berbagai tuduhan bid'ah atau penentangan sipil. Ibnu Arabi, ketika dipanggil di depan inkuisisi Islam di Aleppo untuk mempertahankan dirinya melawan tuduhan-tuduhan bid'ah, menjelaskan bahwa puisi-puisinya adalah metaforis, pesan dasarnya adalah penyempurnaan Tuhan terhadap manusia melalui cinta Ilahiyah. Sebagai presedennya, ia merujuk pada kumpulan kitab-kitab agama Yahudi tentang Kidung Erotik Sulaiman yang secara resmi ditafsirkan oleh para pendeta Farisi sebagai suatu metafor cinta Tuhan terhadap bangsa Israil dan oleh para pendeta Katholik sebagai suatu metafor cinta Tuhan terhadap Gerejanya.

Dalam bentuk yang paling lanjut, bahasa rahasia tersebut menggunakan akar-akar konsonan bahasa Semitik untuk merahasiakan dan menyampaikan makna. Maka dari itu, para sarjana Barat tampaknya tidak menyadari bahwa dalam kisah Seribu Satu Malam yang terkenal itu mengandung ajaran Sufi. Sementara judulnya dalam bahasa Arab Alfu Laila wa Laila merupakan suatu frase rahasia yang mengandung makna dan maksud yang penting: "Induk Catatan". Bahkan apa yang pada mulanya dianggap sebagai ciri okultisme ketimuran sebenarnya merupakan suatu kebiasaan Barat kuno yang terkenal dalam pemikiran. Semua sekolah anak-anak Inggris dan Perancis memulai pelajaran sejarah dengan menggambarkan nenek moyang mereka, bangsa Druidik sebagai pohon mistletoe (tumbuhan parasit dengan buah berry kecil berwarna putih, biasanya digunakan untuk hiasan Natal, pent.), yang tumbuh dari pohon oak yang suci. Meskipun Kaisar telah menisbatkan orang-orang Druid dengan misteri-misteri nenek moyang dan suatu bahasa rahasia, pohon mistletoe yang menjulur tampak hanya sebagai sebuah upacara. Pohon mistletoe sampai sekarang masih dipergunakan sebagai hiasan Natal, sehingga segelintir pembaca hanya menggagas apa makna dari hiasan tersebut. Sementara pandangan umum bahwa orang-orang Druid telah merendahkan makna pohon oak sebenarnya sama sekali tidak masuk akal.

Semua jenis pohon, tanaman dan tumbuhan sakral lainnya memang mempunyai khasiat-khasiat tertentu. Batang pohon alder (sejenis pohon yang tumbuh di daerah rawa-rawa, pent.) bersifat tahan air dan daun-daunnya menghasilkan bahan celup merah berkualitas tinggi. Pohon birch yang berdaun seperti cendawan bergantung, pohon oak dan ash semuanya menyerap kilat sebagai sebuah api suci. Akar pohon mandrake berfungsi sebagai obat penangkal kejang. Daun foxglove berfungsi memperlancar detak jantung manusia. Pohon madat mengandung zat candu, daun tumbuh-tumbuhan yang menjalar mengandung zat racun dan bunga-bunganya mengandung sari-sari madu yang dibutuhkan lebah. Akan tetapi buah pohon mistletoe, dalam cerita rakyat populer, yang dikenal sebagai "obat segala penyakit" sebenarnya sama sekali tidak mempunyai khasiat medis, meskipun banyak dimakan merpati hutan dan jenis burung-burung yang tak berpindah tempat di musim dingin. Daun-daunnya pun tidak mempunyai sedikit manfaat. Lalu mengapa pohon mistletoe dianggap sebagai tumbuhan yang sangat suci dan utama? Mungkin jawaban satu-satunya adalah bahwa para pendeta Druid (dari agama Celtic kuno) menggunakannya sebagai lambang pemikiran mereka yang khas. mistletoe adalah pohon yang bukan pohon, namun pohon ini sama saja seperti pohon oak, apel, poplar, beech, pohon berduri bahkan seperti pohon cemara. Pohon mistletoe juga berdaun hijau dan menyediakan zat makanannya sendiri sampai ke pucuk-pucuk cabangnya ketika hutan tampak tenang dalam keterlelapannya. Buahnya memang dapat digunakan sebagai obat penyembuh semua gangguan mental. Potongan ranting-rantingnya diikat sebagai penyangga pintu dan menyebarkan aroma yang sangat harum. Simbolisme ini memang tepat bilamana kita menyamakan pemikiran Druidik dengan pemikiran Sufi yang tidak ditanam layaknya sebuah pohon sebagaimana agama-agama yang ditanamkan. Pohon mistletoe mengukir sendiri sebuah pohon yang sudah ada dengan tetap menjaga kesuburannya, meskipun pohon itu sendiri tengah terlelap. Itu berarti bahwa agama-agama akan mati karena formalisme semata dan kekuatan utama pertumbuhannya adalah cinta, bukan nafsu kebinatangan dan cinta kasih kekeluargaan. Sebuah pengakuan cinta yang benar-benar mengejutkan, yang begitu luar biasa dan mulia sehingga hati seakan-akan tumbuh bersemi. Yang agak aneh, the Burning Bush [semak-semak yang terbakar], sebagai sarana Tuhan menampakkan diri kepada Nabi Musa a.s. di padang pasir, ternyata dianggap oleh para pengkaji Bibel sebagai sebuah pohon akasia yang disakralkan seperti daun-daun merah pohon locanthus, pohon yang mirip dengan mistletoe di wilayah Timur.1

Dewi Muse dalam mitos bangsa Irlandia adalah wujud tritunggal seperti Muse yang dikenal Ibnu Arabi. Hal ini bukan semata-mata tritunggal dalam pengertian perawan-bidadari-perempuan tua. Namun tritunggal mencakup tiga bidang spiritual, yaitu puisi, pengobatan dan keahlian. Di sini kita tidak perlu membahas apakah konsep tersebut berasal dari konsep asli Irlandia, atau dari Timur oleh sebab pengaruh (kesusastraan) Arab yang kompleks dalam pencerahan seni Abad Pertengahan di Irlandia dan keanehan Persia atau bentuk-bentuk Arab dalam syair Irlandia abad kesembilan. Tentu raja pengaruh Arab terhadap lambang (cross) Celtic pada abad kesembilan yang terkenal itu sangat berkaitan dengan makna ungkapan Bismillahir Rahman ar-Rahim (Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang). Ini merupakan bukti bahwa Sufisme berhubungan dengan kedua agama tersebut.

Mungkin yang lebih penting adalah bahwa semua karya seni dan arsitektur Islam yang sangat agung itu mengandung (ajaran) Sufi. Sementara praktik pengobatan, terutama penyembuhan gangguan psikomatik, merupakan praktik keseharian Sufi masa kini sebagai wujud cinta pada kehidupan. Para Sufi mempelajari cara pengobatan ini setidaknya selama dua belas tahun. Demikian pula para ollamhs telah mempraktikan pengobatan ini dan mempelajarinya selama dua belas tahun di padepokan mereka. Seorang tabib Sufi tidak pernah mengharapkan bayaran dengan barang-barang berharga kecuali hanya segenggam gandum. Ia juga tidak pernah memaksakan keinginannya kepada pasien layaknya psikiater modern. Namun ketika ia menjalankan hipnotis yang mendalam, dengan sungguh-sungguh ia harus mendiagnosa kegoncangan jiwa pasien dan memberikan resep-resep pengobatan kepadanya. Ia memberi nasehat-nasehat untuk mencegah kambuhnya gejala-gejala penyakit. Kendati demikian, kesadaran dan tuntutan untuk merawat diri tetap bergantung kepada si pasien, bukan kepada keluarga atau sahabatnya.2

Setelah penaklukan oleh kaum Saracen [Muslim Arab] pada awal abad kedelapan Masehi, Spanyol dan Sicilia menjadi pusat peradaban Islam yang termasyhur dalam melestarikan (nilai-nilai) religius. Para sarjana dari Utara yang mengunjungi kedua tempat tersebut banyak membeli karya tulis Arab kemudian menterjemahkannya dalam bahasa Latin. Namun mereka sama sekali tidak tertarik pada doktrin Islam Ortodoks. Mereka hanya tertarik pada kepustakaan Sufi dan risalah ilmiah berkala. Tembang-tembang troubador-- istilah ini tidak berkaitan dengan kata trobar; "mencari", namun mengacu pada akar kata bahasa Arab TRB, yang artinya "pemain kecapi" -- kini secara otoritatif dinyatakan sebagai karya asli dari Saracen. Namun Profesor Guillaume menjelaskan dalam The Legacy of Islam bahwa puisi, roman, musik dan tari serta semua ungkapan khas Sufi, tidak lagi dihargai oleh para ulama Islam ketimbang oleh para uskup Kristen. Bahkan bahasa Arab, meskipun merupakan sarana ungkapan agama Islam dan pemikiran Sufi, tetap tidak mempunyai keterkaitan satu sama lain.

Pada tahun 1229 pulau Majorca, wilayah dimana saya tinggal sejak tahun 1929, diambil alih Raja James of Aragon, dari kaum Saracen yang telah memegang tampuk kekuasaan selama lima abad. Pada waktu itu, ia telah memilih kelelawar sebagai lambang negaranya, yang sampai kini masih banyak bergelantungan di cabang-cabang pohon palem di ibukota negara. Lambang kelelawar ini sejak dulu menimbulkan teka-teki bagi saya, sementara menurut tradisi daerah, lambang itu berarti "kewaspadaan". Makna ini tampaknya bukan suatu penjelasan yang memadai, karena kelelawar menurut tradisi Kristen adalah seekor makhluk jelek yang dikaitkan dengan sihir. Namun saya ingat bahwa Raja James I telah menebang habis pohon palem dengan bantuan para Ksatria Paderi (the Knights Templars) dan dua atau tiga bangsawan Moor yang menyempal, dan tinggal di pulau itu. Para Ksatria Paderi itu telah mengajarkan Le Bon Saber atau kebijaksanaan kepada Raja James. Para Ksatria Paderi ini telah dituduh berkolaborasi dengan Para Sufi Saracen selama Perang Salib. Maka dari itu, menurut hemat saya lambang kelelawar itu mungkin mempunyai makna lain dalam bahasa Arab dan mungkin merupakan bahasa isyarat para sekutu Raja James dari kalangan bangsawan Moor. Bangsawan Moor ini mungkin juga Para Sufi, mengingat ajaran kebijaksanaan mereka sendiri.

Untuk itu saya menulis surat kepada Sayyid Idries Shah. Ia menjawab:

"Bahasa Arab untuk kelelawar adalah Khuffaasy, yang tersusun dari tiga akar konsonan Kh-F-Sy. Arti yang kedua dari kata ini adalah 'merobohkan', meruntuhkan, merusak. Hal ini mungkin karena kelelawar suka bersarang di reruntuhan gedung-gedung. Jadi lambang (kelelawar) Raja James tersebut merupakan suatu ungkapan sederhana untuk memproklamasikan diri sebagai 'sang penakluk', sebagaimana di Spanyol ia dikenal dengan El Rey Jaime, El Conquistador. Namun hal ini bukan merupakan cerita yang lengkap. Di dalam kesusastraan Sufi, terutama puisi cinta Ibnu Arabi dari Murcia yang tersebar luas di Spanyol itu, maksud 'meruntuhkan' di sini adalah pikiran yang diruntuhkan oleh pemikiran yang rusak dan menunggu diperbaiki kembali.

Sementara arti lain yang khusus adalah 'mata yang lemah, hanya dapat melihat pada malam hari'. Kandungan arti ini lebih daripada arti 'buta seperti seekor kelelawar'. Maksud perbincangan para Sufi tentang (penglihatan) yang rusak tidak hanya mengacu kepada (orang) yang buta terhadap realitas, namun juga mengacu pada diri mereka sendiri yang tidak mempedulikan segala sesuatu yang justru dianggap penting oleh orang yang rusak penglihatannya. Seperti sang kelelawar, Sufi sengaja tidak mempedulikan segala sesuatu di siang hari -- perjuangan hidup yang dianggap begitu penting oleh manusia biasa-- namun waspada selagi yang lain terlelap. Dengan kata lain, ia memiliki kewaspadaan spiritual yang tidak disadari manusia pada umumnya. Perbincangan tentang 'manusia yang tidur dalam mimpi selamanya' itu banyak ditemukan dalam kepustakaan Sufi. Oleh karena itu, tradisi Palem yang mengartikan 'kelelawar' sebagai lambang kewaspadaan tidak perlu Anda hilangkan."

Jadi simbol pohon palem tersebut jelas merupakan ungkapan kebanggaan Raja James sehingga ia mampu menghancurkan kekuasaan Muslim fanatik atas Majorca dengan menggunakan suatu metafora rahasia yang melegakan hati para sekutunya. Untuk itu ia kemudian menjadi salah seorang anggota persahabatan (suci) mereka. Persoalannya mungkin apakah Raja James fasih berbahasa Arab, namun kebanyakan penasehatnya menggunakannya sebagai bahasa kedua, jika bukan bahasa pertama. Lebih dari itu, banyak penulis mempergunakan padanan makna dari berbagai akar kata bahasa Arab, bahkan di negara-negara yang tidak berbahasa Arab. Sementara penyair Urdu dan Persia sebagai bahasa Indo-Eropa dan non-Semitik, membahas akar kata bahasa Arab tersebut seperti rumus-rumus aljabar.

Pemakaian jubah pada acara penobatan Roger II, Raja Sicilia (1093-1154) dan kemudian juga Frederick II of Hohenstaufen, Kaisar Romawi yang Agung (1194-1250) telah digelar di Weltliche Schalzkammer, Vienna. Sayyid Idries Shah menjelaskan simbolisme pada jubah raja itu kepada saya:

"Di tengah-tengah (jubah) itu ada gambar sebuah pohon palem, sembilan unsur dari 'persegi lima belas magis', sebuah diagram kompleks yang mungkin disusun oleh sang Sufi Geber (Jabir) dan dijadikan acuan para kimiawan Latin dan pengikut Tao Cina. Pohon palem (Nakhl [kurma]) digunakan karena akar kata tri-konsonan NKhL juga mempunyai makna 'suatu zat yang baik bagi tubuh dan merembes hampir tak terasa ke dalamnya', seperti unsur Ilahi, barakah. Arti lain dari akar kata yang sama adalah mengayak tepung atau gerimis hujan yang sangat halus. Lantaran pohon kurma adalah sebuah pohon suci yang dihubungkan dengan burung oleh bangsa Arab, maka penggunaan simbol pohon ini untuk acara penobatan jubah mempunyai makna 'Sumber Barakah'. Disamping itu, bahasa Arab pohon kurma adalah thariqat, suatu istilah teknis Sufi yang berarti 'Melangkah di jalan'-- inilah Sufisme. Di sebelah pohon kurma itu ada gambar seekor harimau yang tengah menyeret seekor unta. NMR adalah akar kata bahasa Arab yang artinya 'harimau' dan JML artinya 'unta'. Jadi NMR mengalahkan JML. Namun kosa kata NMR juga berarti 'baju wool' dan 'kehormatan suci'. Lantaran kata 'Sufi' dapat diartikan 'memakai wool' serta kehormatan suci dan cinta sebagai dua pilar utama Sufisme, maka kata 'Sufi' dapat disubstitusikan dengan kata 'harimau'. Jadi dapat disulih dengan makna 'Sang Sufi mampu menjinakkan JML'. Sementara JML tidak hanya berarti 'unta', namun juga 'kemewahan'. Apabila harimau dan unta menyimbolkan manusia dan keduanya juga mempunyai belang meskipun belang unta lebih sedikit, maka makna kehormatan suci untuk harimau sangat sesuai. Jadi: 'Dengan berkah Sufi yang bersumber dari Tuhan, kehormatan suci dari pemakai wool mampu mengatasi kemewahan'."

Para Sufi menyadari bahwa tema cinta itu menimbulkan ekstase. Namun mengingat mistikus Kristen menganggap ekstase sebagai penyatuan dengan Tuhan dan oleh karenanya merupakan puncak pencapaian keberagamaan seseorang, maka para Sufi hanya mengakui nilainya apabila penganut agama yang taat itu kembali ke dunia dan hidup sesuai dengan pengalamannya. Kesusastraan Barat telah dipengaruhi secara mendalam oleh tema gelora cinta spiritual ini. Tema ini telah disebarkan orang-orang Spanyol-Arab pada abad kesepuluh seperti Ibnu Masarra dari Cordoba, Ibnu Barrajan dari Sevilla, Abu Bakr dari Granada (seorang kelahiran Majorca) dan Ibnu Qasi dari Agarabia Portugal. Sementara ilmuwan Sufi yang sangat terkenal pada abad kedua belas, Averroes (Ibnu Rusyd) telah mentransformasi pemikiran skolastik Kristen.

Para Sufi senantiasa berdisiplin dalam menerapkan pandangan mereka. Bagi mereka metafisika tidak berguna tanpa disertai ilustrasi manusia bijaksana baik melalui legenda maupun fabel. Sejak para Paus mengucilkan kalangan Donatis yang bid'ah karena menentang pendirian mereka bahwa berkah dari seorang pendeta yang berperilaku jahat sama dengan berkah dari orang suci, maka pendirian "Jangan meniru apa yang aku perbuat, namun lakukanlah apa yang aku katakan", menjadi lumrah di gereja-gereja Katholik. Padahal dalam (Kitab Injil) Gospel, Matthew XXIII, 2 dan seterusnya, Yesus hanya menasehati para muridnya untuk mengikuti setia ajaran Pharisaik, namun bukan perilaku para penganut Farisi yang lebih formalistik. Orang-orang Kristen hanya memandang Yesus sebagai teladan tingkah laku manusia yang sempurna dan final. Meskipun para Sufi mengakui Yesus sebagai seorang Nabi yang telah mendapat ilham Ilahi, mereka berpendirian sesuai dengan teks Gospel keempat, "Bukankah telah tertulis dalam Kitab Hukum kalian, Aku berfirman, 'Kalian adalah tuhan-tuhan'?" -- maksudnya para ahli hukum dan Nabi berhak menginterpretasi hukum Tuhan. Mereka juga mempertahankan bahwa quasi ketuhanan berikut ini semestinya mengacu baik pada laki-laki atau perempuan: Tiada tuhan selain Tuhan (Allah). Para Sufi juga menolak Lamaisme dari Tibet, teori-teori inkarnasi Tuhan dari India. Demikian pula, meskipun ajaran Muslim Ortodoks dipengaruhi Kristianitas, mereka hanya mengakui kelahiran Isa a.s. sebagai sebuah perumpamaan dari kekuatan laten manusia yang berbeda dengan semuanya yang tak tercerahkan. Mereka juga menginterpretasikan tradisi supranatural dalam al-Qur'an bersifat metaforis. Sementara keyakinan atas interpretasi literal hanya ada dalam diri orang yang tak tercerahkan. Sebagai contoh, menurut mereka, surga tidak akan dialami oleh manusia mana pun di dunia ini; houri-houri ('makhluk-makhluk surga dari cahaya')-nya tidak analog dengan makhluk manusia dan semestinya tidak disifati secara fisik, seperti dalam kisah fabel yang vulgar.

Sementara khazanah yang kaya dalam kesusastraan Eropa banyak berhutang jasa kepada Para Sufi. Legenda William Tell ternyata terdapat dalam karya Aththar, Parliament of the Birds (Manthiquth-Thair [Dewan Burung-burung]), abad kedua belas jauh sebelum kedatangannya di Switzerland. Para pemanah Jerman yang terkenal itu (jika kita percaya pada Malleus Maleficarum, ahli berburu dengan panah pada tahun 1460), memanah buah-buah apel "dengan nama Setan" dan mengesankan bahwa hal ini dipengaruhi orang-orang Saracen. Meskipun dalam Don Quixote (dilafalkan Kishotte oleh orang-orang Aragon dan Provencal) tampaknya paling banyak menggunakan bahasa Spanyol ketimbang orang Spanyol sendiri, dalam karyanya Cervantes mengakui sendiri bahwa ia berhutang budi pada sebuah sumber Arab.

Kaitan ini telah dihilangkan oleh para sarjana karena dianggap sebagai lelucon yang janggal. Namun kisah-kisah Cervantes secara terbuka seringkali menyadur kisah-kisah Sidi Kisyar, seorang guru Sufi legendaris yang acapkali disebut Nashruddin, demikian pula peristiwa terkenal tentang kekeliruan melatih para raksasa (yaitu mengaduk air dan bukan memintal angin). Kata Spanyol Quijada (nama asli Quixote, menurut kisah-kisah dalam Cervantes) di turunkan dari akar kata Arab KSyR seperti Kisyar, dan bermakna "yang mengancam kecemberutan". Raymond Lully yang suci, seorang mistikus dan martir dari Majorca, mengakui bahwa kumpulan puisinya yang terkenal, The Book of the Lover and His Beloved (1283) ditulis menurut model Sufi. Brother [Broeder] Anselm of Turmeda, seorang mistikus Kristen dari Catalan, juga terkenal sebagai Sufi bijak yang mendapat pencerahan dari Sufistik Abdullah at-Tarjuman, Sang Penafsir.

Rahib Roger Bacon, pengajar filsafat di Oxford dan dimakamkan di sana, pernah belajar pada Saracen Spanyol; namun secara hati-hati menghindari untuk merujuk ajaran-ajaran "Iluminasi", karena takut melangkahi wewenang universitas. Menurut Bacon, pemikiran aliran tersebut murni bercorak "Eastern" (Timur), sebuah kosa kata yang dalam bahasa Arab terbentuk dari akar kata yang sama dengan "Iluminisme". Profesor Asin dari Madrid dan rekan-rekannya mencatat hutang jasa Bacon kepada para iluminis madzhab Cordoba yang didirikan Ibnu Masarra (883-931). Madzhab ini kemudian dikembangkan Sufi bijak Yahudi, Solomon ben Gabirol (1021-1058) yang oleh orang-orang Saracen dikenal sebagai Sulaiman bin Yahya bin Jabriol dan oleh orang-orang Kristen dikenal sebagai Avicebron. Kini orang menyatakan bahwa Avicebron mempunyai pengaruh vital terhadap St. Francis Assisi, pendiri Ordo Franciscan, dan Bacon adalah salah satu pengikut ordo ini pada tahun 1247. Ada sebuah penggalan alinea dari karya Latin Bacon yang mengacu pada teori evolusi Sufi:

 "Sungguh, para filosuf biasa maupun dewan pengarang Latin tidak mengetahui (teori evolusi) ini. Lantaran teori ini tidak dikenal oleh hampir semua mahasiswa, maka tentu saja mereka sama sekali tidak tahu tentangnya, seperti evolusi generasi makhluk hidup, tumbuhan, satwa dan manusia. Lantaran mereka tidak tahu apa yang telah terjadi di masa lampau, maka mereka tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan."

Meskipun Rahib Bacon dipandang dengan rasa kagum dan curiga karena mempelajari "Ilmu Hitam" (Black Arts), akan tetapi kata black (hitam) tidak berarti evil (jahat). Ada dua permainan kata dalam bahasa Arab (yang mengacu pada kata "Hitam" tersebut), yaitu: FHM dan FHHM, masing-masing dilafalkan fecham dan facham. Yang pertama artinya "bijak". Kata ini juga tertulis di senjata Hugues de Payns (of the Pagans, Penyembah Berhala), lahir pada tahun 1070,3 pendiri Ordo Knights Templars (Para Ksatria Paderi), yaitu tiga pemimpin dari Saracen yang mengenakan (topi) bulu musang kecil dan seakan-akan seperti para tentara bertempur di tengah-tengah peperangan, namun sebenarnya menunjukkan pemimpin kebijaksanaan (hikmah).

Sementara Para Sufi Muslim cukup beruntung dalam melindungi mereka sendiri dari berbagai tuduhan bid'ah berkat upaya al-Ghazali (1058-1111) yang di Eropa dikenal sebagai Algazel. Ia adalah ulama yang paling otoritatif dalam Islam dan mampu menggabungkan mitos keagamaan di dalam al-Qur'an dengan filsafat rasionalistik, sehingga mendapatkan julukan Hujjatul Islam. Kendati demikian, mereka kerapkali menjadi korban penganiayaan di daerah-daerah yang kurang mendapatkan pencerahan (religius) sehingga mereka terpaksa menggunakan kata-kata rahasia, pakem-pakem serta tipu muslihat lainnya untuk melindungi diri mereka sendiri. Sementara di Barat, tidak ada Sufi Kristen dengan otoritas kependetaan yang mumpuni untuk melindungi rekan-rekannya dari kekuasaan Dewan Gereja yang Agung. Akan tetapi pemikiran Sufi tetap hidup sebagai suatu gerakan rahasia yang berbanding lurus dengan kehidupan Kristen Ortodoks. Lantaran dikagumi bercampur kecurigaan, Rahib Roger Bacon, Raymond Lully yang suci (meskipun menunggu selama tujuh ratus tahun untuk diakui gereja) dan para Sufi Kristen lainnya dianggap mempunyai kekuatan-kekuatan dan ajaran yang aneh. Namun karya-karya Sufistik al-Ghazali sering dikutip oleh Averroes dan Abu Bakr -- "Abubacer" -- sebagai pengarang yang mendapat penghargaan luas di berbagai universitas Kristen.

"Para Sufi adalah suatu kelompok rahasia spiritual kuno ...". Sebenarnya, Kelompok Rahasia (freemasonry) itu sendiri pada mulanya adalah sebuah kelompok Sufi. Kelompok ini pertama kali memasuki Inggris pada masa kekuasaan Raja Aethelstan (924-939) dan diperkenalkan di Skotlandia secara rahasia, tentu saja oleh Knights Templars,4 sebagai sekelompok ahli seni (kerajinan) pada awal abad keempat belas. Sementara reformasi atas kelompok ini pada awal abad kedelapan belas di London, oleh sekelompok orang bijak Protestan yang keliru memahami istilah-istilah Saracennya dalam bahasa Ibrani, telah menimbulkan banyak kerancuan makna dari tradisi awalnya. Richard Burton, penterjemah Thousand and One Nights (Kisah Seribu Satu Malam), baik sebagai seorang freemason maupun seorang Sufi, adalah orang pertama yang menjelaskan kaitan erat antara kedua kelompok tersebut. Namun dia juga masih kurang menyadari bahwa freemasonry pada mulanya adalah kelompok Sufi. Sayyid Idries Shah menunjukkan bahwa freemasonry adalah semacam metafora untuk "pembenahan-kembali" atau pembangunan-kembali spiritualitas manusia dari reruntuhannya. Ia menyatakan bahwa tiga instrumen kegiatan dalam kebatinan Masonik modern menggambarkan tiga sikap peribadatan. "Buizz" atau "Boaz" dan "Sulaiman, Putra Dawud", yang dihormati oleh para freemason sebagai para pendiri kuil Raja Sulaiman di Jerusalem, bukanlah tokoh Sulaiman Israil dan sekutu-sekutu Phoenisian sebagaimana seringkali dinyatakan. Namun "Sulaiman, Putra Dawud" ini adalah arsitek Sufi Abdul Malik yang telah membangun the Dome of the Rock (Kubah Batu) di atas reruntuhan kuil Sulaiman dan dilanjutkan para penerusnya. Nama asli mereka masing-masing adalah Thuban Abdel Faiz ("Izz") dan "cucu utama" Abdul Malik, Ma'ruf, putra Dawud ath-Tha'i yang mempunyai nama rahasia Sufi: Sulaiman, karena ia adalah "putra Dawud". Ukuran-ukuran arsitektur yang dipilih untuk kuil tersebut, sebagaimana ukuran untuk bangunan Ka'bah di Mekkah, mempunyai padanan bilangan dengan akar-akar kata bahasa Arab tertentu yang mengandung pesan-pesan suci dan setiap bagian bangunan tersebut saling berhubungan dalam proporsi tertentu.

Menurut prinsip akademis Inggris, seekor ikan bukanlah guru terbaik untuk ilmu pengetahuan tentang ikan, demikian pula bukan malaikat untuk ilmu tentang makhluk-makhluk halus. Oleh karena itu, banyak buku dan artikel modern yang paling otoritatif tentang Sufisme ditulis menurut corak pemikiran sejarah orang Eropa sendiri dan para profesor di berbagai universitas Amerika yang tidak pernah menyelami kedalaman Sufisme ataupun mengalami puncak ekstase para Sufi. Bahkan mereka tidak memahami permainan kata dalam puisi Persia-Arab. Maka dari itu, saya memohon Sayyid Idries Shah untuk memperbaiki kerancuan publikasi dari karya-karya tersebut agar dapat mengembalikan kepercayaan para Sufi alamiah di Barat sehingga mereka tidak merasa asing dengan tradisi pemikiran Sufi yang aneh. Demikian pula agar intuisi mereka dapat dipertajam oleh pengalaman-pengalaman yang berbeda. Ternyata ia menyetujui meskipun juga menyadari bahwa hal itu akan menjadi tugas yang sangat sulit. Kebetulan Sayyid Idries Shah mempunyai garis keturunan utama laki-laki dengan Nabi Muhammad saw. dan mewarisi misteri-misteri rahasia dari para khalifah, nenek moyangnya. Sebenarnya ia adalah seorang Syekh Thariqat [Tarekat ("Ordo")] Sufi yang utama, namun karena semua Sufi secara definitif sama dan hanya bertanggung jawab pada diri mereka sendiri atas semua prestasi spiritualnya, maka "Syekh" kemudian menjadi gelar yang menyesatkan. Gelar ini sama sekali bukan berarti "pemimpin" seperti fugleman, suatu istilah kemiliteran kuno untuk memimpin tentara di depan parade pasukan, misalnya dalam latihan militer.

Kesulitan itu diramalkan oleh Sayyid Idries (meskipun telah bertahun-tahun tinggal di Eropa dan mengetahui bahasa Inggris serta bahasa Eropa utama lainnya, sama dengan pengetahuannya tentang bahasa Arab, Pusthu, Urdu, Persia klasik dan modern) karena pembaca buku ini tentu saja harus mempunyai persepsi-persepsi di luar kebiasaan, seperti imajinasi puitis, cita rasa apresiasi yang kuat dan telah memahami rahasia utama (Sufi) sebagai hal penting yang harus diperhitungkan. Dalam hal ini, ia tidak ingin dianggap sebagai seorang misionaris. Para guru Sufi melakukan yang terbaik untuk mematahkan semangat murid-muridnya dan sama sekali tidak menerima murid yang datang dengan "tangan hampa", artinya yang tidak mempunyai bakat untuk memahami misteri utama. Seorang murid tidak begitu banyak mempelajari corak sastra dan praktik pengobatan, gurunya, namun ia mencermati gurunya dalam memecahkan masalah kehidupan kepada gurunya, namun ia harus menerima dengan penuh kepercayaan berbagai perilaku yang tidak masuk akal dan konyol dari gurunya sampai ia mampu memahaminya. Beberapa paradoks Sufi tersebut terungkap dalam berbagai kisah komik, terutama kisah-kisah seputar Khoja (guru Sufi) Nashruddin -- dan juga terdapat dalam kisah-kisah fabel Aesop -- yang diakui para Sufi sebagai figur leluhur mereka.

Penasehat pandir para Raja Spanyol yang mempunyai ujung tongkat berbentuk kandung kemih, mengenakan pakaian aneka ragam, jambul ayam jantan, dentang lonceng, kebijaksanaan yang bersahaja dan sama sekali tidak menunjukkan sikap-sikap terhormat adalah sosok seorang Sufi. Lelucon-leluconnya dianggap oleh para penguasa mempunyai kebijaksanaan lebih dalam daripada nasehat yang paling serius dari dewan penasehat lainnya. Ketika Raja Philip II dari Spanyol menitahkan penyiksaan atas orang-orang Yahudi, ia memutuskan bahwa setiap orang Spanyol berdarah Yahudi harus mengenakan topi dengan bentuk yang khas. Dengan perkiraan akan menimbulkan kebingungan, Si Pandir muncul di malam yang sama membawa tiga buah topi. "Untuk siapa topi-topi itu, wahai Pandir?" tanya Raja Philip. "Satu untukku, sebagai penasehat, satu untuk Baginda dan satu lagi untuk Penyelidik yang Agung." Karena ternyata beberapa aristokrat Spanyol telah menikahi keluarga-keluarga Yahudi yang kaya pada Abad Pertengahan, maka Raja Philip menggagalkan rencananya itu. Dengan langkah-langkah yang sama, penasehat pandir Raja Charles I, Charlie Armstrong (konon ia adalah seorang pencuri domba berkebangsaan Skotlandia) yang mewarisi bakat-bakat ayahnya, berusaha menentang kebijakan Uskup Agung Laud dari Gereja Armenia dan tampaknya bertujuan meredam bentrokan militer dengan kalangan Puritan. Raja Charles yang merasa terhina meminta nasehat Uskup tentang kebijakan religius ini, Charlie menyela: "Ucapkanlah segala puji bagi Tuhan, kepada Nuncle (penasehat utama keagamaan) dan pujian sekadarnya pada setan." Uskup Laud yang tipis telinga karena kekerdilan pertimbangannya, mengusir Charlie Armstrong keluar dari ruang sidang karena tindakannya itu sama sekali tidak membawa berkah bagi Tuan Baginda.

Sebenarnya buku ini tidak ditujukan kepada para intelektual atau pemikir ortodoks lainnya. Nilai ekonomis publikasi adalah mengedarkan buku kepada para pembaca yang tidak mempunyai pemahaman tentang apa yang dinyatakan penulis. Namun apabila penulis menyajikan sesuai dengan pemahaman pembaca, maka tentu saja ia harus menuliskan sesuatu yang sama sekali berbeda. Ini merupakan hal yang ganjil. Apabila ada hujatan atas kekeliruan publikasi ini, sayalah yang bertanggung jawab. Meski demikian, Sayyid Idries Shah telah menyediakan sejumlah informasi yang mengejutkan -- disamping apa yang telah saya kutip -- seperti asal-usul tasbih Saracen dan asal-usul cerita Hans Andersen tentang Anak Itik yang Jelek. Dalam hal ini, ia menitikberatkan pada fenomena sekunder tanpa berprasangka pada fenomena primer dari pemikiran Sufi. Setidaknya buku ini dihidangkan untuk orang-orang yang mendiskusikan corak pemikiran khas ini dengan satu atau dua orang sahabat karib, dan bagi orang yang pasti akan terkejut seperti saya.

Deya
Majorca

Robert Graves

Catatan kaki:

1 Penyair besar Sufi, Rumi menulis:

Di musim dingin, cabang-cabang pohon itu tampak tidur,
Bekerja diam-diam, mempersiapkan musim semi mereka.

Meskipun Rumi tidak menyebut pohon mistletoe atau jenis pohon locanthus lainnya, namun bait-bait ini mengacu pada lambang-lambang pemikiran rahasia dirinya.

2 Sejumlah pengobatan praktis ini dapat dibaca dalam artikel Dr. Jafar Hallaji, "Hypnotherapeutic Techniques in a Central Asian Community'', International Journal of Clinical and Experimental Hypnosia, Oktober, 1962, hlm. 271 dan seterusnya.

3 Les familles chevelresques du Lyomnais. Nama marga ayahnya The Moor (Sang Penambat). Sementara Count de Payn (Count de Pagan) menurut sejarawan silsilah keluarga, mempunyai hubungan yang sangat awal dengan Arab-Spanyol yang telah menciptakan nama tak lazim ini.

4 Ada suatu tradisi bayangan dalam asal-usul tradisi freemasonry dari ahli seni Saracen. Kamus karya Haydn, Dictionary of Dates (1867, hlm. 347) mengutip pernyataan sejarawan Masonik bahwa "Konon arsitek dari pantai Afrika, kaum Mahometan, membawa tradisi bayangan itu ke Spanyol, kira-kira abad kesembilan." Namun tingkatan berjenjang yang menandai pencapaian aktual dalam pengalaman spiritual tertentu dan dikiaskan dalam ritus-ritus mereka, masih kurang dipahami.


Mahkota Sufi: Menembus Dunia Ekstra Dimensi oleh Idries Shah
Judul asli: The Sufis, Penterjemah M. Hidayatullah dan Roudlon, S.Ag.
Penerbit Risalah Gusti, Cetakan Pertama Shafar 1421H, Juni 2000
Jln. Ikan Mungging XIII/1, Surabaya 60177
Telp.(031) 3539440 Fax.(031) 3529800
Indeks artikel kelompok ini | Tentang Pengarang | Disclaimer
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Dirancang oleh MEDIA, 1997-2000.
Hak cipta © dicadangkan.