Mahkota Sufi
Menembus Dunia Ekstra Dimensi

Idries Shah

MISTERI-MISTERI DI BARAT III: KEPALA KEBIJAKSANAAN

Hari ini dan seterusnya, engkau habiskan
waktu di tamanmu...
Melupakan si kumbang malam, maka burung gagak
adalah sahabat pilihanmu.
Tetapi persahabatan semacam ini pastilah
meninggalkan bekas pada jiwamu:
Apakah engkau berpikir bahwa api akan padam,
atau minyak dan air akan menyatu?
(Divan of Bedil, terjemahan Johnson Pasha)

Ketika mereka bertindak, para Ksatria Templar dituduh menyembah sebuah kepala, kadangkala disebut Baphomet atau Bafomet. Kepala ini dipandang sebagai sebuah berhala dan mungkin dihubungkan dengan Muhammad (Mahomet). Kepala itu digambarkan, tetapi tidak ada (bentuk) kepala yang secara positif bisa diidentifikasi sebagai salah satu (kepala-kepala) Bafomet ini.

Kemungkinan karena bersandar pada sumber-sumber Timur kontemporer, para sarjana Barat akhir-akhir ini menduga bahwa Bafomet tidak memiliki hubungan dengan Muhammad, tetapi bisa jadi kata itu merupakan penyelewengan dari kata Arab abu fihamat (yang diucapkan Bufihimat dalam Spanyol Islam). Kata itu bermakna "Bapak Pemahaman". Dalam bahasa Arab, kata "bapak" (al-ab) bermakna "sumber, kedudukan utama", dan seterusnya. Dalam terminologi Sufi, kata ra's al-fahmat (secara harfiah, kepala pengetahuan) adalah sebutan bagi seseorang yang telah melewati penyucian --perubahan kesadaran.

Perlu dicatat bahwa kata "pengetahuan, pemahaman" yang digunakan di sini berasal dari akar kata Arab FHM. Selanjutnya FHM digunakan baik dari segi akar katanya dan kata-kata turunannya, yang bermakna "pengetahuan". Kata FHM dan kata turunannya bisa bermakna "hitam, penambang batu bara" dan lain-lain.

Bafomet tidak lain adalah simbol untuk manusia sempurna. Kepala hitam, kepala Negro atau kepala orang Turki yang tampak sebagai tukang ramal dan tanda-tanda penginapan Inggris adalah kata pengganti tentara Salib untuk jenis pengetahuan ini.

Mungkin perlu dicatat bahwa pengawal Hugues de Payen, pendiri (kelompok) Templar (bersama-sama dengan Bisol de St. Omer) pada tahun 1118 M, membawa tiga kepala manusia hitam.

Penggunaan istilah ini, terutama tema "kepala yang mengagumkan", diucapkan berulangkali sepanjang sejarah Abad Pertengahan. Paus Gerbert (Silvester II) yang pernah belajar di Spanyol Islam, menurut riwayat telah membuat kepala dari tembaga, di antara banyak benda-benda "magis" lainnya yang menakjubkan.1 Albertus Magnus menghabiskan waktu tiga tahun untuk membuat patung kepala tembaganya yang terkenal itu. Thomas Aquinas yang pada masa itu adalah murid Albertus, menghancurkan patung kepala itu, yang (menurutnya) "berbicara terlalu banyak".

Patung kepala itu kemudian muncul lagi.

Perlu diingat bahwa para Ksatria Templar dan lulusan sekolah-sekolah magis Spanyol memiliki satu kesamaan disamping dicurigai telah melakukan bid'ah dan kekuatan-kekuatan sihir serta menjadi anggota berbagai organisasi rahasia. Mereka semua berbicara dan menggunakan bahasa Arab. Dengan bantuan bahasa pengantar ini, mereka bisa berkomunikasi satu sama lain, menyampaikan pesan-pesan rahasia, membuat tanda-tanda (seperti kelelawar Majorca) untuk menggambarkan pesan tertentu.

Kepala artifisial ini tidak dibuat dari kuningan. Ia bersifat artifisial karena merupakan produk "amal" dalam pengertian Sufistik. Tentu saja pada akhirnya ia merupakan kepala dari individu itu sendiri. Paling tidak seorang sejarawan bisa mendekati tanda itu ketika ia mengatakan bahwa "kepala itu mewakili daging dan darah, seperti kepala manusia biasa." Meskipun demikian, penekanan pada pernyataan itu membawa pembaca awam pada gagasan konvensional tentang artifisialitas. Seperti sebuah tujuan sulap yang baik, ia bisa mengalihkan perhatian dari cara pembuatan (patung) kepala dan kemungkinan bisa diduga bahwa "kepala" merupakan kata sandi untuk menghasilkan suatu proses pembentukan (bid'ah).

Dalam bahasa Arab, kata "kuningan" dieja dengan Sufi, berhubungan dengan konsep "kuningan". "Kepala kuningan" merupakan homonim untuk "kepala emas" yang dieja dengan carayang sama. Kepala keemasan (sar-i-tilai) merupakan ungkapan Sufi yang digunakan untuk menyebut seseorang yang kesadaran batinnya telah "berubah menjadi emas" melalui riyadhah (latihan) dan amal Sufi sebagai suatu sifat yang tidak bisa dipaparkan di sini.

Tiga kepala kebijaksanaan hitam, di atas perisai dari pendiri kelompok Templar, diperlihatkan di atas latar belakang emas --"Di atas emas, ada tiga kepala Moor yang hitam".

Ungkapan, "Aku membuat kepala," digunakan oleh para darwis untuk menandakan pengabdian Sufistik mereka dalam riyadhah tertentu, bisa jadi telah dipergunakan oleh Albertus Magnus atau Paus Silvester, dan disampaikan dalam pengertian literalnya itu serta diyakini sebagai ungkapan untuk menyebut artifak tertentu.

Albertus Magnus (dilahirkan pada tahun 1193) sangat menguasai kesusastraan dan filsafat Spanyol Islam serta Sufi. Sebagaimana dinyatakan Profesor Browne, ia telah melampaui kebiasaan dari para Orientalis Barat, karena "dengan berpakaian layaknya seorang Arab, ia menjelaskan ajaran-ajaran Aristoteles di Paris yang diambilnya dari karya-karya al-Farabi, Ibnu Sina dan al-Ghazali."

Catatan:

1 Menurut riwayat dia telah memperkenalkan angka-angka Arab ke Eropa Utara pada tahun 991 dari Spanyol Islam.


Mahkota Sufi: Menembus Dunia Ekstra Dimensi oleh Idries Shah
Judul asli: The Sufis, Penterjemah M. Hidayatullah dan Roudlon, S.Ag.
Penerbit Risalah Gusti, Cetakan Pertama Shafar 1421H, Juni 2000
Jln. Ikan Mungging XIII/1, Surabaya 60177
Telp.(031) 3539440 Fax.(031) 3529800
Indeks artikel kelompok ini | Tentang Pengarang | Disclaimer
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Dirancang oleh MEDIA, 1997-2000.
Hak cipta © dicadangkan.