Artikel Mengenai Ahmadiyyah

Indeks Islam | Indeks Artikel
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

------------------------------------------------------------
        "Apa kata HAMKA mengenai Ahmadiyah dan yang sejenis"
------------------------------------------------------------
                              Sebuah kutipan dari buku HAMKA
                          untuk teman-teman hikmah@isnet.org
           yang dikutip oleh luknanto@yogya.wasantara.net.id
                                Yogyakarta, 08 Desember 1996
------------------------------------------------------------
 
Buku  Acuan:  HAMKA  (Hadji   'Abdulmalik   bin   Abdulkarim
Amrullah),   1956,   "Peladjaran   Agama   Islam,"  Penerbit
"Bulan-Bintang," Djakarta, Tjetakan Pertama.
 
Catatan   (luknanto@yogya.wasantara.net.id):    (1)    HAMKA
(almarhum)  adalah  salah  seorang  ulama  besar dan seorang
susatrawan besar Indonesia, (2) Saya gunakan  buku  di  atas
sebagai  acuan  karena  pengarangnya orang cukup kompeten di
bidang agama  Islam,  (3)  Mengapa  buku  sekuno  ini  (yang
diterbitkan  saat  saya  baru  lahir)  saya  gunakan:  untuk
memberi gambaran bahwa masalah Ahmadiyah adalah masalah lama
yang menurut saya sudah usang, namun karena hikmah@isnet.org
baru membahas ya saya posting untuk informasi kita semua.
 
                   Catatan khusus mengenai diskusi Ahmadiyah
                                        di hikmah@isnet.org:
 
Menurut   pendapat   saya    teman-teman    Ahmadiyah     di
hikmah@isnet.org   merupakan   orang-orang  yang  rajin  dan
pandai,  mereka  mengemas  "dagangannya"  (meminjam  istilah
teman-teman  Ahmadiyah)  sedemikian  rupa menyerupai reklame
pil Tuntas di Indonesia yang bunyinya TAS ... TAS  ...  TAS.
 
Kemasan   dagangan  dan  refreshment  yang  disajikan  sudah
memenuhi standar ISO-9000,   namun  mungkin  belum  mendapat
label  "Halal"  dari MUI, yang perlu diperhatikan lagi kalau
membeli   barang  ini  adalah  masa  kedaluarsanya  (istilah
keren-nya expiration  date)  ...  mengapa?,  karena   barang
usang  yang mereka  jual!  ...  perut   bisa    sakit  kalau
makan, ...  dan  sama  sekali  tidak membuat kita kuat  (...
maaf ya  ini  memang betul-betul yang  saya  rasakan   dalam
hati ...).
 
Wah ... wah memang di dunia ini macam-macam ...  coba  kalau
di  Indonesia,  malahan  ada  yang  lebih aneh ... tuh inget
'ngga? ada orang jualan jin ... wah  pasti lebih  rame  lagi
kalau  dianya  jualan jin di hikmah@isnet.org, apalagi kalau
kemasannya memenuhi ISO-JIN ... bakalan rame.
 
...  namun  demikian karena mereka tetap jual dagangan, maka
meminjam istilah grup rock masa lalu yang terkenal ...
 
                   "The Show Must Go On"
                  ... by Three Dog Night
 
... so what ... well, let's do it ...
 
Kutipan di bawah ini berasal dari buku diatas  dari  halaman
191 sampai  dengan  halaman  201.  Buku diatas ditulis dalam
ejaan     Indonesia     lama;     dalam     kutipan     saya
(luknanto@yogya.wasantara.net.id)  di bawah ini saya gunakan
ejaan  Bahasa  Indonesia  yang  berlaku   sekarang,   dengan
menghilangkan  setiap  huruf  Arab  yang  ada  di dalam buku
aslinya.  Gaya bahasa yang saya gunakan  hampir  99%  sesuai
dengan aslinya yaitu gaya bahasa tahun 50-an, harap maklum.
 
 
ISI KUTIPAN:
 
- TAK ADA NABI SESUDAH MUHAMMAD
- PERCOBAAN MENGAKU NABI LAIN SESUDAH MUHAMMAD
- AL-BAB, BAHAULLAH DAN GHULAM AHMAD
- AHMADIYAH
- PENDAPAT KITA
- HADIST MAHDI DAN ISA
 
 
STATISTIK ARTIKEL KESELURUHAN:
 
Characters: 34005
Lines: 710
Words: 4292
Sentences: 341
Paragraphs: 125
File: 42 KBytes
 
Karena besarnya,  posting ke  hikmah@isnet.org  direncanakan
dalam empat bagian, harap maklum.
 
 
                ******** BAGIAN I/IV ********
 
Semoga menjadi bacaan yang berguna.
 
       ... Atas nama Allah yang Maha Pengasih lagi Penyayang
============================================================
                                                 halaman 191
TAK ADA NABI SESUDAH MUHAMMAD
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
 
Tak  ada  lagi  nabi  sesudah Muhammad, dan tidak ada rasul.
Baik nabi yang akan dinamai "pengiring" Muhammad, atau  nabi
yang membawa syariat baru.  Demikian kepercayaan Ummat sejak
Quran diturunkan.
 
Nabi Muhammad pun bersabda:
 
               "Tidak ada nabi lagi sesudahku."
 
Tak ada nabi atau rasul lagi, sebab tidak ada SOAL lagi.
 
Soal apa lagi yang akan dibawa oleh nabi yang baru?   Sedang
masyarakat   manusia   sudah   lebih  maju,  dan  ada  jalan
kesanggupan buat mencari Kebenaran Tuhan Yang Maha  Esa  dan
Kuasa dengan  sendirinya.    Bukan  saja Quran, bahkan kitab
Taurat  dan  Injil  dan  Zabur  telah   dicetak   bermilliun
banyaknya.   Meskipun menurut kepercayaan Islam, dalam Quran
telah terkumpul intisari dari kitab-kitab terdahulu itu.
 
Memang!  Manusia  senantiasa   maju   dalam   mencari   Ilmu
pengetahuan.  Senantiasa  maju  didalam  mencari rahasia isi
bumi,  bahkan  bulan  dilangitpun  telah  diselidiki  orang.
Tentang  kemajuan  disudut  ini,  tidaklah ada diantara kita
yang membantahnya.    Tetapi  bagaimanapun   kemajuan   Ilmu
pengetahuan,  namun inti dari ilmu pengetahuan itu sudah ada
dalam  ajaran  Tauhid,  yang  sudah  genap  diajarkan   oleh
Muhammad.   Inti kepercayaan kepada Tuhan sudah cukup, tidak
perlu tambahan lagi dari orang yang mengatakan dirinya  nabi
atau dikatakan oleh pengikutnya nabi.
 
                                                 halaman 191
PERCOBAAN MENGAKU NABI LAIN SESUDAH MUHAMMAD
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
 
Berkali-kali  telah  dicoba  orang  juga mendakwakan dirinya
Nabi pula, ada yang sengaja hendak menandingi Muhammad,  dan
ada pula yang mengatakan syariat Muhammad telah putus, sebab
nabi baru telah datang membawa syariat baru.  Dan  ada  pula
yang  mengatakan bahwa dia, atau guru ikutannya, adalah nabi
pula sesudah Muhammad.  Tetapi bukan membawa  syariat  baru.
Kedatangannya   hanyalah   hendak   menyempurnakan   syariat
Muhammad saja.
 
Berkali-kali orang seperti ini telah datang, tetapi kemudian
ternyata seruannya   hilang   saja,  tidak  hidup.    Karena
kebesaran  Tauhid  ajaran  Muhammad   menelan   habis   satu
percobaan yang   lain.     Nabi-nabi  dusta  tumbang  dengan
sendirinya, tidak dapat berurat di bumi ini.  Mereka  gagal,
karena  dustanya,  dan  karena soal yang dibawanya itu tidak
cukup satu seperseratus dari soal Nubuwwat Muhammad.
 
 
                                                 halaman 191
AL-BAB, BAHAULLAH DAN GHULAM AHMAD
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^   
Di  Iran  (Persia),  sangatlah  berpengaruh  Mazhab   Syiah.
Mazhab  ini  pada  mulanya  adalah  satu  faham politik yang
timbul karena membela  hak  Ali  ibn  Abi    Thalib  menjadi
kalifah.   Kaum  Syiah  terbagi  menjadi tiga golongan besar
yaitu Kisaniyah, Ismailiyah      dan      Itsna'   Asyriyah.
Ketiganya mempunyai kepercayaan bahwa Imam mereka yang akhir
adalah ghaib dari dunia  dan  kelak  akan   datang  lagi  ke
dunia.   Kaum  Kisaniyah percaya bahwa yang ghaib itu adalah
Muhammad Ali Hanafiah.  Sekarang dia   masih    sembunyi  di
salah satu gua di gunung Ridhwan.
 
Ismailiyah  percaya bahwa yang ghaib itu adalah Imam Ketujuh
yaitu Ismail sendiri.  Diapun akan datang kembali.  Aga Khan
yang terkenal adalah pemimpin mereka.
 
Ketiga adalah  Itsna'  Asyriyah.    Inilah mazhab Syiah yang
paling besar pengikut dan  pengaruhnya,  terutama  di  tanah
Iran.  Apalagi setelah Syah Ismail dapat mendirikan Kerajaan
Shafawi di Iran dan menetapkan mazhab Syiah  sebagai  mazhab
resmi  kerajaan,  maka bertambah tertanamlah pengaruh mazhab
ini.
 
Mazhab ini mempunyai dasar dan tiang kepercayaan bahwa  imam
ke-12 yaitu Muhammad bin Hasan Al-'Askary adalah ghaib pula,
dan akan datang kembali di akhir jaman,  dan  dialah  Mahdi.
Apabila  dunia  ini  sudah  sangat  kacau, apabila kelaliman
sudah bersimaharajalela di  dunia,  waktu  itulah  dia  akan
datang kembali  ke  dunia.    Adapun  sekarang  beliau masih
ghaib.  Segala raja yang memerintah adalah mewakili  beliau.
Ketika Imam ke-12 itu ghaib, beliau meninggalkan empat orang
wakil.  Dan setelah wakil-wakil  itu  wafat,  beberapa  masa
kemudian Imam  yang ghaib akan datang.  Lalu dihitung-hitung
tahunnya menurut ilmu huruf  (abjad).    Sudah  berkali-kali
bahaya menimpa  Islam;  Imam belum juga datang.  Sudah jatuh
Baghdad ketangan musuh.  Sudah patut dia  datang,  tapi  tak
juga datang.  Bermacam-macam cobaan, Imam tidak juga datang.
Dihitung-hitung tahunnya, rupanya sudah berlebih, Imam tidak
juga datang.
 
Waktu  itu  timbulah  satu  firkah yang melepaskan diri dari
Syiah umum, bernama firkah "Syaichiyah."    Mereka  akhirnya
membulatkan  kepercayaan  bahwa  Mahdi  atau  Imam Ghaib itu
telah membuat kontak dengan Alam,  dengan  perantaraan  diri
Said Ali Muhammad, yang bergelar Al-Bab atau Bab-Allah.
 
Dia  menyatakan  bahwa  mahdi  yang ditunggu itu adalah dia.
Dan dia membawa syariat baru.   Dengan datangnya syariatnya,
putuslah syariat  Muhammad.    Diapun  mempunyai kitab baru.
Namanya "Al-Bayan."  Dia lahir pada tahun 1235H.
 
Tetapi Al-Bab telah membuat  pengakuan  berlebih  dari  yang
diharapkan.   Sebagian  pengikutnya hanya mengakui bahwa dia
Al-Bab.  Seba  itu  terbitlah  pertentangannya  dengan  Haji
Muhammad  Karim  Chan  Al-Karmani,  yang  mengakuinya  hanya
sebagai Al-Bab (pintu) menghubungkan Imam yang ghaib  dengan
mahluk.   Sedang  dia mengaku bahwa dia sendirilah Mahdi itu
dan dialah Imam yang ghaib.
 
Pengikutnya bernama Babiyah.  Oleh Sultan  Nasiruddin  Syah,
kaum Babiyah  ini  disapu  bersih.   Bab itu sendiri dihukum
bunuh.
 
Bahai-yah.  Setelah Al-Bab mati  dibunuh,  dipercayakanyalah
pimpinan  sisa-sisa  pengikutnya  kepada Bahaullah, muridnya
yang terpandai.  Setelah pimpinan  jatuh  ketangannya,  tiba
pulalah  bahwa  dia  adalah  rasul  dan  nabi  yang  berdiri
sendiri, membawa syariat sendiri dan berkitab suci  sendiri.
Adapun  Al-Bab  hanyalah  nabi  mendahului dia, serupa Yahya
mendahului Isa.      Maka   kalau   Al-Bab   sebagai   Mahdi
"Al-Muntazar"   (yang   ditunggu),   dia   adalah  Al-Masih,
"Al-Mau'ud" (yang dijanjikan  akan  turun),  Al-Bab  membawa
kitab bernama Al-Bayan.  Diapun membawa kitab pula.  Katanya
bernama Al-Aqdas.  Dengan kedatangannya maka  habis  pulalah
--katanya-- tugas agama Bab Allah!  Dia lahir tahun 1817 dan
meninggal 1892.
 
Bukan saja dia Bahaullah, tetapi diapun Jamamullah.   Al-Bab
bergelar Al-Qaim.    Dia   bergelar  Al-Qayyum.    Wadjahnya
bersinar diantara langit dan bumi sebagai intanpermata  yang
gilang-gemilang.   Syariat Muhammad, terutama tentang jihad,
telah di-mansuch-kan, karena kedatangan syariatnya.
 
Oleh Sultan Nasiruddin Syah dia dibuang ke Baghdad, kemudian
dipindahkan  oleh  pemerintah  Turki,  mulanya  ke Istambul,
kemudian ke Adrianopel, dan akhirnya ke Acre.    Sebagaimana
pecahnya  dengan  Al-Bab dan pecahnya Al-Bab dengan Muhammad
Karim Chan, maka Bahaullah pun berpecah pula dengan  saudara
kandungnya Mirza Yahya yang bergelar Shubhi Azal.
 
Agama Bahai  ini dapat hidup di Eropa dan Amerika.  Terutama
setelah puteranya Abdul Baha' datang  ke  Amerika  di  tahun
1912.   Dia  menarik  hati beberapa orang Amerika, sebab dia
"menghapuskan syariat Muhammad," terutama jihad.    Artinya,
kalau  menurut  syariat Bahaullah, apapun yang terjadi, kita
tidak boleh  mempertahankan  agama  kita  dengan  kekerasan,
kecuali kalau  sudah sangat terdesak.  (Bukankah Agama Islam
pun memakai kekerasan kalau sudah sangat terdesak?).
 
 
                ******** BAGIAN II/IV ********
 
                                                 halaman 193
AHMADIYAH
^^^^^^^^^
 
Mirza  Ghulam  Ahmad  di  Qadiyan India-pun mendakwakan pula
dirinya Mahdi dan Isa.   Jadi  sekaligus  keduanya,  berbeda
dengan Al-Bab  dan  Bahaullah.   Diapun menerima wahyu-wahyu
Illahi, menurut dakwanya.   Tetapi  ada  perbedaan  sedikit,
karena  Mirza  Ghulam  Ahmad, katanya, bukanlah menghapuskan
syariat Muhammad dengan syariat yang baru.  Dia adalah  Nabi
Pengiring.    Dialah   Mahdi  yang  ditunggu  dan  Isa  yang
dijanjikan, dan dia pulalah Mujaddid yang mesti datang  tiap
seratus tahun sekali.
 
Pengikut  Mirza  Ghulam  Ahmad  pun  pecah menjadi dua pula.
Keduanya sama-sama bernama Ahmadiyah.    Pertama,  Ahmadiyah
Qadiyan,  mempunyai Kalifatul-Masih yaitu Kalifah dari Mirza
Ghulam Ahmad sendiri.  Golongan Lahore memisahkan  diri  dan
mengakui  Mirza  Ghulam  Ahmad hanyalah semata-mata guru dan
mujaddid.  Terjadi pertentangan  diantara  keduanya,  karena
golongan  Qadiyan menuduh kafir golongan Lahore karena hanya
mengakui mujaddid saja.   Golongan  Lahore  yang  memisahkan
diri  itu  dikepalai  oleh  Maulana  Mohammad Ali dan Kawaya
Kamaluddin.
 
Kedua golongan Ahmadiyah ini sama-sama  berusaha  menyiarkan
Islam, tetapi melalui dasar faham mereka lebih dahulu, yaitu
Mirza Ghulam Ahmad (Al-Masih al-Mau'ud) bagi  Qadiyani,  dan
Mirza Ghulam Ahmad (Mujaddid Abad ke-20) bagi kaum Lahore.
 
                                                 halaman 194
PENDAPAT KITA
^^^^^^^^^^^^^
 
Haruslah   kita   selidiki   bagaimana   besarnya   pengaruh
kepercayaan  kaum  Syiah,  terutama  di  Iran  dan  juga  di
Hidustan.  Menunggu kedatangan Imam yang Ghaib,  Imam  Mahdi
akan  datang  kembali  dan  Nabi Isa akan turun, dan Isa dan
Mahdi itu ialah yang seorang itu juga, demikian mendalam  di
kalangan   Syiah,   sehingga   menjadi   salah   satu  rukun
kepercayaan yang tidak dapat  dipisahkan  lagi  dari  agama.
Kadang-kadang    Ahli   Sunnah-pun   turut   juga   menerima
kepercayaan ini, walupun tidak  menjadi  dasar  benar-benar.
Dan inipun kadang-kadang bertemu didalam sebagian kepercayaan
kaum Sufi, seperti Ibnu 'Arabi.  Maka tidaklah  kita  heran,
kalu  dari  kedua  negeri  inilah  timbul  orang-orang  yang
mendakwakan dirinya  nabi,  atau  rasul,  atau  Mahdi,  atau
Al-Bab  (pintu),  atau  Imam  yang  Ghaib telah datang, atau
didakwakan oleh muridnya.
 
Kita tetap memegang pendirian  Ahli  Sunnah,  bahwa  sesudah
Muhammad  tidak  akan datang nabi lagi. Karena soalnya sudah
habis.  kalau akan kita terima kedatangan itu, manakah  yang
akan kita  tetapkan?   Apakah Mirza Ghulam Ahmad, atau Mirza
Ali Muhammad (Al-Bab),  atau  Bahaullah?    Atau  kita  akui
semuanya,  padahal  diantara satu sama lain berlawanan pula.
Atau kita akui semuanya, dan kita akui pula yang  lain  yang
akan mendakwakan dirinya menjadi nabi pula nanti.
 
Kalau dikatakan karena dia menyerukan perdamaian Dunia, maka
dia membawa syariat  baru,  tidak  bolehkah  Mahatma  Gandhi
dikatakan pula  nabi?  Atau Krisna Vedanta di Colorado? yang
juga menyerukan perdamaian dunia.
 
Kaum Ahmadi dan Bahai mengemukakan alasan  yang  sama  untuk
menolak  pendirian  umum bahwa Nabi Muhammad "Penutup Segala
Nabi," dengan ayat  "Khataman  Nabiyyin."    Menurut  qiraat
(bacaan) yang umum ayat itu dibaca "Khatam," bukan "Khatim."
Tetapi artinya adalah "Khatim."  Khatam artinya cincin,  dan
Khatim artinya penutup.
 
Khataman Nabiyyin artinya cincin permata segala nabi.  Kalau
sekiranya kita perturutkan rasa bahasa, tentu Nabi  Muhammad
itu  tidak  nabi  lagi,  hanyalah  cincin  perhiasan  segala
nabi-nabi.  Yang mempunyai cincinlah yang nabi, bukan cincin
itu sendiri.
 
Didalam keterangan yang biasa mereka kemukakan, adalah bahwa
tidaklah perkara yang mustahil bahwa Allah akan berkata-kata
dengan hambanya.    Tidaklah  akan  putus sampai hari kiamat
orang yang dipilih Allah buat menumpahkan katanya.  Tidaklah
akan hilang begitu saja wahyu sampai kiamat.
 
Tentang itu  Ahli  Sunnah-pun  mengakui  juga.   Di kalangan
sahabat Nabi, ketika  Nabi  masih  hidup  terdapatlah  orang
istimewa yang demikian.    Yaitu Umar bin Khattab.  Sehingga
Nabi Muhammad pernah mengatakan, bahwasanya  jika  ada  nabi
sesudahku, niscaya Umarlah orang itu.  Tetapi tidak ada lagi
nabi sesudahku.
 
Mengapa tidak?   Nabi  Muhammad  sendiri  menjelaskan  bahwa
"Ulama-ulama  umatku adalah sama derajatnya dengan nabi-nabi
Bani Israil."  Kalau kata nabi yang demikian akan diperluas,
maka  seluruh  ulama  yang berjasa membangun Islam, patutlah
disebut nabi.   Imam  Al-Ghazali,  Imam  ul  Haramain,  Ibnu
Taimiyah,  dan  muridnya Ibnu Qayyim, dan Syeh Muhammad ibnu
Abdil Wahhab,  dan  Said  Jamaluddin  Al-Afghani,  dan  Syeh
Muhammad  Abduh  dan  Said  Rasyid  Ridha,  patutlah disebut
sebagai nabi.    Karena  mereka  dalam  sifat   keulamaannya
samalah jasanya  dengan  nabi-nabi  Bani  Israil.  Dan orang
Indonesia dalam kalangan Nahdhatul Ulama  patutlah  menyebut
kyai  besarnya  Hasyim  Ashari  sebagai  nabi, sebab jasanya
besar pula.  Demikian pula  Muhammadiyah  dengan  Kyai  H.A.
Dahlannya.
 
Banyak diantara ulama mendapat ilham dari Tuhan, seakan-akan
wahyu Illahi.  Karena mereka berfaham Ahli Sunnah,  tidaklah
mereka berani  mengatakan  dirinya  nabi.   Dan kalau mereka
mendakwakan dirinya nabi, akan musnahlah mereka.
 
Kalimat wahyu suci yang diberikan  Tuhan,  oleh  faham  Ahli
Sunnah    telah    ditentukan    buat    rasul   dan   nabi.
Setinggi-tinggi martabat manusia ini hanyalah mendapat hatif
atau ilham,  atau  mimpi  yang  benar, atau mahaddas.  Kalau
wahyu itu dikatakan akan putus selama-lamanya, perkataan itu
benar juga  dari  segi  lain.    Lebah  menurut  Sabda Tuhan
didalam Quran, mendapat wahyu  untuk  membuat  sarangnya  di
bukit dan  di bubungan rumah.  Ibu Musa mendapat wahyu Tuhan
supaya melemparkan puteranya dalam peti di sungai Nil.   Dan
lebah  bukanlah nabi, padahal sampai sekarang tidaklah putus
dia mendapat wahyu itu, selama dia masih bersarang di  bukit
dan di bubungan rumah.  Dan ibu Nabi Musa bukanlah nabi.
 
 
                ******** BAGIAN III/IV ********
 
                                                 halaman 195
HADIST MAHDI DAN ISA
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
 
Al-Quran tidaklah memberikan  tuntunan  yang  tegas  tentang
akan turunnya  Mahdi  dan  Isa di akhir jaman.  Padahal tiga
orang yang mengaku dirinya Nabi  atau  Rasul  di  jaman  ini
(Mirza  Ghulam  Ahmad,  Miza  Ahli  Muhammad dan Bahaullah),
belum dapat menegakkan pendakwaan itu, kalau tidak  berdasar
kepada hadis-hadis tentang turunnya Mahdi dan Isa itu.
 
Seratus  tahun  sesudah  Nabi  Muhammad wafat, barulah orang
mempunyai kesempatan untuk mengumpulkan hadis.   Yang  lebih
dahulu dikumpulkan  hanyalah  Quran.    Jadi  dalam masa 100
tahun adalah masa "kosong" yang merupakan  kesempatan  untuk
membuat  hadis  bagi  golongan-golongan  yang  bertentangan.
Terutama kaum Syiah.  Payahlah ulama hadis  menjaring  hadis
mana  yang  masyhur,  mana  yang shahih, mana yang dhaif dan
mana yang maudhu.  Pertentangan-pertentangan yang maha hebat
di  waktu  itu  di antara beberapa firkah yang timbul karena
politik,  menimbulkan  golongan-golongan  yang  sampai  hati
membuat   hadis-hadis  palsu,  sehingga  payah  menjaringnya
setelah ilmu hadis muncul sebagai ilmu yang berdiri sendiri.
Ibnu   Khuldun   didalam   "Muqaddamah"  tarikhnya  mengkaji
satu-persatu hadis Mahdi itu  dan  menyelidiki  sanad  serta
matannya   sedalam-dalamnya,   sehingga   kemudian   diambil
kesimpulan bahwasanya sebagian besar dari  hadis  ini  tidak
dapat diterima.    Oleh  sebab  itu  maka  kaum  Ahli Sunnah
tidaklah menjadikan hadis-hadis Mahdi  atau  nuzul  Isa  itu
menjadi pokok kepercayaan prinsipiil.
 
Ulama  tafsirpun berbincang hebat tentang turunnya Nabi Isa.
Lebih-lebih telah tersebut  pula  dalam  satu  hadis,  bahwa
"Mahdi itu  tidak  lain  adalah  Isa."  Mereka perbincangkan
apakah Isa itu masih hidup, lalu  diangkat  Tuhan  kelangit,
ataukah  dia  telah  meninggal  dunia sebagaimana kebanyakan
manusia.  Tuhan bersabda tentang Nabi Isa:
 
            "Sesungguhnya Aku mewafatkan engkau
             dan mengangkatkan engkau kepadaKu."
 
Orang yang memegang kepercayaan bahwa Nabi Isa  belum  mati,
dan  hanya  menguatkan  bahwa  Nabi  Isa  diangkat ke langit
dengan tubuhnya, terpaksa mesti mencari arti yang lain  dari
kata "wafat"  itu.    Tetapi yang berpendapat bahwa Nabi Isa
mati, langsung  saja  mengartikan  ayat  itu  menurut  zahir
bunyinya.    Mula-mula  beliau  wafat,  setelah  itu  beliau
diangkat ke hadirat Tuhan,  sebagaimana  setiap  insan  yang
mulia.   Sebab  itu  ke-angkat-an itu tidak mesti ke langit,
melainkan ke hadirat Tuhan.
 
Baik orang Bahai  dan  orang  Ahmadi  memegang  tafsir  yang
menyatakan bahwa  Nabi  Isa  telah  wafat,  telah mati.  Dan
kemudian dari hal itu, merekapun menguatkan bahwa  Nabi  Isa
akan datang kembali.  Yang datang itu bukan Isa Israili yang
dahulu, karena dia telah jelas  meninggal.    Yang  ditunggu
kedatangannya  sebagaimana tersebut dalam hadis adalah orang
lain yang membawa sifat-sifat Isa.  Kata orang  Bahai  orang
itu adalah  Bahaullah.   Kata orang Ahmadi, orang itu adalah
Mirza Ghulam Ahmad.
 
Sebenarnya kepercayaan tentang akan datangnya Mahdi  diakhir
zaman,  atau  Nabi  Isa  akan  datang  kembali, atau Messiah
menurut kepercayaan Yahudi, atau Buddha Gautama  bagi  orang
beragama  Buddha,  mendalam  juga  dalam kalangan kaum Syiah
yang selalu  menunggu-nunggu  kembalinya  Imam  mereka  yang
ghaib.  Ismailliyah menunggu Ismail. Istna Asyriyah menunggu
Muhammad bin Hasan Al-Askary, Imam Syiah ke-12.    Kisaniyah
menunggu  datangnya  kembali  Muhammad  bin  Ali  Hanafiyah.
Semuanya itu sekarang tengah ghaib dan akan datang kembali!
 
Kepercayaan  seperti  inipun  mendalam  pula  pada  setengah
penganut  tasawuf,  yang  mempercayai bahwa alam diatur oleh
wali-wali Allah  yang  bernama  "Watad,"  dan  "Badal,"  dan
"Quthub."  "Quthub"  itu  adalah  ghaib  pula.  Di Indonesia
kepercayaan ini sangat mendalam dalam filsafat kejawen  yang
menunggu kedatangan Ratu Adil.
 
Mirza    Ghulam   Ahmad   menyatakan   bahwa   dialah   yang
ditunggu-tunggu itu. Dialah Isa  Al-Masih  yang  dijanjikan,
dia pula  Mahdi  yang  ditunggu-tunggu.  Dan karena ada pula
sebuah hadis menyatakan bahwa setiap 100 tahun  akan  datang
seorang  mujaddid  (pembaharu  keagamaan),  maka dia pulalah
mujaddid itu.  Pendeknya segala  yang  ditunggu-tunggu  itu,
tidak ada orang lain, melainkan dirinya sendirilah.
 
Oleh    karena   dialah   Al-Masih,   tentu   dialah   nabi.
Kadang-kadang  Mirza  Ghulam  Ahmad  menyatakan  bahwa   dia
bukanlah membawa syariat baru.  Dia dengan Nabi Muhammad saw
adalah bagaikan Harun terhadap Musa belaka.  Penguat syariat
Muhammad, bukan pengubahnya.  Tetapi satu hal dia menyatakan
memang berubah yaitu jihad.  Jihad tidaklah dengan  senjata,
cukup dengan  mengemukakan  alasan-alasan  belaka.    Adapun
Bahaullah menyatakan dirinya terang-terang nabi lain sesudah
Muhammad.  Dengan  kedatangannya habislah tugas agama Al-Bab
dengan kitabnya Al-Bayan.    Dan  dengan  kedatangan  Al-Bab
dahulu, habis pulalah tugas syariat Muhammad.
 
 
                ******** BAGIAN IV/IV ********
 
Adapun  dasar  kepercayaan kita dengan berpegang kepada ayat
yang tertulis di atas tadi nyatalah  bahwa  Nabi  Isa  telah
wafat.   Nabi  Isa  telah  wafat,  dengan berdasarkan kepada
"mutawaffika" tadi.   Dan  dia  telah  diangkat  ke  hadirat
Allah,  (wa  rafi'uka  ilayya),  sebagaimana setiap roh yang
suci senantiasa diangkat menghadap ke hadirat Allah.
 
Adapun tentang turunnya kembali  beliau  ke  dunia,  sebelum
hari  kiamat  datang,  adalah  hadis yang bernama "Al-Uhad."
Tidak termasuk kedalam hadis yang mutawatir.   Maka  menurut
pertimbangan  ahli-ahli  hadis,  kalau  sekiranya tidak kita
jadikan  menjadi  pokok   kepercayaan,   sebagaimana   pokok
kepercayaan  yang  enam  perkara (rukun iman), tidaklah kita
keluar dari Agama Islam.
 
Meskipun demikian  tidaklah  boleh  kita  menolak  kekuasaan
Tuhan.   Turunnya  Nabi  Isa  kembali ke dunia, tidaklah hal
yang mustahil, walaupun tulangnya telah  hancur.    Bukanlah
didalam  Al-Quran  ada  tersebut  cerita  burung-burung yang
telah dicincang lumat oleh Nabi Ibrahim atas perintah Tuhan.
Burung itu empat ekor banyaknya.  Lalu dihantarkan ke puncak
empat buah bukit. Tuhan memerintahkan kepada Ibrahim  supaya
empat burung  itu dipanggil kembali.  Maka datanglah keempat
burung itu, dengan izin Allah!
 
Dipandang dari segi  kepercayaan  ini,  datangnya  Nabi  Isa
kembali ke dunia setelah beribu tahun beliau wafat, hanyalah
permulaan saja dari  kebangkitan  mahluk  Tuhan  yang  lain.
Seluruh insan  dihari kemudian akan dibangkitkan.  Hanya Isa
Al-Masih didahulukan.  Hal ini biasa saja bagi Tuhan.
 
Oleh sebab itu, maka pendakwaan  orang-orang  seperti  Mirza
Ghulam  Ahmad  dan  Bahaullah,  bahwa merekalah Isa Al-Masih
yang dijanjikan itu, tidaklah kita percayai.  Kita memandang
mereka  itu hanyalah sebagai pendakwa-pendakwa kenabian yang
lain juga.    Sebelum  merekapun  telah  ada  juga  pendakwa
kenabian itu.    Menggelegak  menggejala  setahun dua tahun,
taruhlah sepuluh-duapuluh tahun, kemudian padam lagi.    Dan
kelak akan  begitu  pula.    Bukan saja yang seperti ini ada
dalam Islam, juga ada dalam  agama  Kristen.    Bahkan  kaum
theosofi  pernah mengemukakan Khrisna Murti sebagai Al-Masih
yang ditunggu-tunggu itu.
 
Kaum Bahai dan kaum Ahmadi mengambil alasan  atas  kebenaran
seruan  mereka,  ialah  karena  kian  lama faham mereka kian
tersiar, terutama di benua Eropa dan  Amerika.    Ini  bukan
alasan!   Sebab  kehausan  manusia  di  kedua benua itu akan
tuntunan  rohani,  setelah  terlalu  tenggelam  dalam  hidup
kebendaan,  menyebabkan  ada diantara mereka yang lekas saja
menerima suatu propaganda  baru.    Bukan  faham  Bahai  dan
Ahmadi   saja  yang  mereka  terima,  gerakan  yang  lainpun
mendapat pasaran subur juga disana.   Di  Jerman  telah  ada
pula  penganut  faham  Buddha  dan  mempunyai biara sendiri.
Pelajaran tasawuf dari Inayat Khan mendapat  penganut  juga.
Bahkan seorang yang mendakwakan dirinya Al-Masih dan memakai
gelar Khrisna Vedanta di negara bagian Colorado, USA,  telah
mendapat pengikut  pula.   Demikian pula seorang kulit hitam
di Pennsylvania (Philadelphia)  mengaku  dirinya  Tuhan  dan
memakai  nama  Father Divine, tidak pula kurang penganut dan
pengikutnya.
 
Di  Amerika  muncul  tidak   kurang   200   sekte   Kristen.
Masing-masing  mengatakan bahwa mazhab mereka kian lama kian
besar dan melebihi yang lain.
 
Terutama kaum Bahai!  Mereka timbul  di  negeri  Iran  yaitu
pada jaman  pemerintahan  Sultan  Nasiruddin  Syah.  Seorang
syah yang terkenal kejam pemerintahannya dan berkuasa  tanpa
batas.   Dibantu oleh mullah-mullah mazhab Syiah, yang bukan
saja  menentang  satu  pendapat  baru,  bahkan  mazhab  Ahli
Sunnah-pun mereka   tentang.      Bahaullah   pada   mulanya
mengajarkan  pembelaan   hak   kaum   wanita,   menganjurkan
penghentian poligami, mengatakan bahwa dalam ajarannya tidak
ada kekuasaan kaum mullah.  Tentu saja  ajaran  "baru"  dari
Bahaullah  ini menggoncangkan politik dan susunan masyarakat
kerajaan, persekutuan kaum mullah dengan  Syah.    Kaum  ini
dikafirkan dan   diperangi.     Al-Bab  sampai  dibunuh  dan
Bahaullah dibuang keluar negeri.  Padahal setelah kecerdasan
beragama  maju kembali, orang telah merasa bahwa tidak perlu
ada nabi baru  membawa  ajaran  baru.    Seruan-seruan  yang
diserukan  Bhaullah  itu  memang telah ada dalam tubuh Islam
ajaran Muhammad sendiri, dengan  tidak  usah  keluar  dahulu
dari Islam, dan membuat agama baru.
 
Adapun  kaum  Ahmadi  dan usahanya melebarkan Islam ke benua
Eropa dan Amerika, dengan  dasar  ajaran  mereka,  faedahnya
bagi Islam  ada  juga.    Mereka  menafsirkan  Quran kedalam
bahasa-bahasa yang ada di Eropa.  Padahal di jaman 100 tahun
yang  lalu masih merata kepercayaan tidak boleh mentafsirkan
Quran.  Pentafsiran Quran dari kedua golongan Ahmadiyah  itu
membangkitkan   minat   bagi   golongan   yang  menginginkan
kebangkitan Islam ajaran Muhammad kembali untuk  memperdalam
selidiknya tentang  Islam.    Orang  sekarang  telah  pandai
menimbang.  Tafsir kaum Ahmadi itu mereka baca juga.    Yang
baik   mereka   terima   dan  kepercayaan  tetang  kenabian,
kerasulan,  kemahdian,  ke-Al-Masih-an  Mirza  Ghulam  Ahmad
mereka singkirkan  ketepi.  Dan tafsir-tafsir karangan ulama
Islam sendiripun telah muncul,  yang  isinya  jauh  melebihi
tafsir Ahmadi.    Kelebihan  tafsir  Ahmadi  hanyalah karena
ditulis dalam bahasa Barat,  menarik  hati  kaum  terpelajar
cara Barat, tapi kosong ilmunya tentang bahasa Arab.
 
Di  Indonesia  sendiri,  ketika  gerakan-gerakan  ini  mulai
masuk, agak ribut juga orang menerimanya.    Apalagi  mereka
suka  berdebat-debat  sebagai  alat propaganda untuk menarik
perhatian.   Dalam  pada  itu  maka  pengertian  kaum  Islam
tentang  agama  bertambah mendalam, ahli-ahli Islampun telah
timbul lebih banyak daripada dahulu.  Kian  lama  kian  sepi
gerakan mereka.    Yang  dapat tertarik hanyalah orang-orang
yang belum ada pengertiannya tentang Islam.  Setinggi-tinggi
usaha mereka  adalah  memelihara  pengikut-pengikutnya.   Di
Tempat  yang  kuat  Islamnya,  seperti  di  Padang  Panjang,
terpaksa   pengikut-pengikutnya   itu  meninggalkan  kampung
halaman,  dan  pindah  ke  kota   Jakarta,   sebab   "bebas"
mengerjakan kepercayaannya.   Sikap merekapun telah berubah!
Jika semula pada waktu pertama  kali  mereka  suka  mengajak
berdebat,  diakhir-akhir  ini  mereka  mengambil sikap hanya
mempertahankan diri jika datang serangan.    Tandanya  bahwa
pasaran mereka telah mulai sepi.
 
Adapun  kalau  ada  tambahan  pengikut  mereka, tidaklah hal
demikian mengherankan kita di  Indonesia  ini.    Buka  saja
Ahmadiyah, Bahai-pun  telah  ada  pengikutnya disini.  Bukan
saja Bahai dan Ahmadi, bahkan Katolik dan Protestan-pun  ada
juga tambahan  penganutnya  disini.  Bahkan orang yang masuk
komunis-pun ada.  Sebabnya adalah karena Islam di  Indonesia
pada  jaman yang sudah-sudah terdesak oleh beberapa desakan.
Baik politik, atau ekonomi  atau  kejahilan  tentang  ajaran
agama Islam sebenarnya.
 
Semuanya  ini  adalah  cemeti  untuk membangkitkan beransang
kaum Muslimin, dibawah pimpinan ulama dan pimpinanNya supaya
bangkit  dan  berusaha  menegakkan "Dakwah Islamiyah," lebih
giat daripada yang sudah-sudah.
 
Alhasil, Muhammad adalah  penutup  dari  segala  rasul,  dan
bukanlah dia  mata-cincin  dari  segala  rasul.  Sesudah dia
tidak ada nabi lagi,  baik  nabi  yang  menasikhkan  syariat
Muhammad,  ataupun nabi yang dikatakan "pengiring" Muhammad.
Dengan kedatangannya sempurnalah binaan kepercayaan isi alam
yang   telah   dibawa   berturut-turut  oleh  nabi-nabi  dan
rasul-rasul sebelum dia.  Beliau bersabda:
 
"Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan  nabi-nabi  yang
sebelum   aku,  adalah  seumpama  seseorang  yang  membangun
bangunan-bangunan.  Diperindahnya dan  diperbagusnya  binaan
itu,  kecuali  (ketinggalan)  suatu  batu  tembok pada sudut
daripada sudut-sudutnya itu.  Maka manusiapun berkelilinglah
dan takjub melihat binaan itu, dan mereka berkata: 'Alangkah
baiknya ditutupi sebuah batu tembok yang kurang  ini.'  Maka
akulah   batu   tembok   itu,   dan  akulah  penutup  segala
nabi-nabi."
 
Maka  kalau  ada  orang  mendakwakan  dirinya  nabi  sesudah
Muhammad, niscaya  bohonglah  pendakwaannya itu.  Dan barang
siapa   yang   mempercayai   akan   dakwaan    orang    itu,
mendustakanlah dia akan pernyataan Muhammad.  Sebab itu maka
tidaklah dia golongan Ummat Islam (Ummat Muhammad).
 
Sesungguhnya demikian,  sebagai  Ummat  Islam  yang  mengaku
adanya  keluasan  dada  (tasamuh),  kita  akan  bergaul juga
dengan  mereka  sebaik-baiknya,  sebagaimana  kita   bergaul
dengan Ummat Buddha, Kristen dan Yahudi.
 
Apalagi  Nabi  Muhammad  saw. telah pula memeberi peringatan
bagi kita bahwa  sesuadh  beliau  wafat  akan  datang  orang
mendakwakan dirinya  nabi atau rasul.  Padahal mereka adalah
pembohong.  Nabi bersabda:
 
"Akan ada pada akhir  kemudian  ummatku  orang-orang  dajjal
pembohong.   Membicarakan  kepada  kamu perkara-perkara yang
belum pernah kamu dengar, dan  tidak  pula  pernah  didengar
oleh nenek-moyangmu.      Maka   berawas-awaslah   kamu  dan
berawas-awaslah mereka.  Janganlah sampai mereka menyesatkan
kamu dan jangan memfitnahi kamu."
 
Dan sabda beliau pula:
 
"Sesungguhnya   akan   ada   pada  ummatku  tigapuluh  orang
pembohong!  Semuanya mengaku bahwa  dirinya  Nabi.    Akulah
penutup segala nabi.   Tidak ada nabi sesudah aku.  Dan akan
senantiasalah   segolongan   dari   ummatku   tegak   diatas
kebenaran.   Tidak akan memberi bencana atas mereka siapapun
yang menentang mereka, sehingga datanglah  ketentuan  Allah,
dan mereka tetap saja demikian."
 
Cukuplah  wahyu  dengan  turunnya penutup segala kitab suci,
yaitu Al-Quran.    Bereslah  risalat  dan  nubuwwat   dengan
datangnya penutup segala rasul dan nabi yaitu Muhammad saw.
 
Dengan  kepercayaan  yang  demikianlah  hidup  kita dan mati
kita.
 
                        *    *    *
 
Bagaimanapun kepintaran kita dan betapapun ilmu  pengetahuan
yang  didapat  oleh manusia di dalam alam ini, namun rahasia
yang masih tersembunyi masih lebih  banyak.    Rahasia  yang
menjadi   rahasia  dari  segala  rahasia  adalah  lingkungan
"ghaib," yang hanya dapat dirasai adanya, tetapi  tak  dapat
dicapai  oleh  pancaindera  atau  oleh akal sekalipun dimana
letaknya.
 
Kita akui,  memang  kadang-kadang  kecerdasan  berfikir  dan
berakal  mendapat  kesimpulan  tentang  adanya, tetapi hanya
sebagian kecil dari rahasianya.  Sebagaimana Aristoteles dan
beberapa  filsuf yang lain yang menghitung "yang Ada" dengan
filsafat, akhirnya  bertemu  dengan  keyakinan  akan  adanya
Tuhan.  Tetapi  itu hanya sebagian kecil saja.  Lebih banyak
yang tidak dapat kita ketahui.  Maka datanglah nabi-nabi dan
rasul-rasul,   dan  penutup  dari  segala  nabi  dan  rasul,
bercakap  dengan  wahyu,  menerima  "kalimat"   dari   Allah
sendiri.   Maka  dengan  tuntunan  beliau hilanglah keraguan
kita dan teranglah bagi kita  jalan  kesana,  sesudah  payah
meraba-raba dan  mencari-cari.    Maka  pikiran  yang beliau
berikan dan cita yang beliau  tanamkan  dihati  kita  adalah
pikiran  dan  cita  yang  sempurna, yang diwaktu hidup dapat
kita pakai dan diwaktu mati dapat kita tumpang.
 
Maka percayalah  kita  kepadanya  dan  kita  turutlah  garis
langkah yang beliau tinggalkan, yang patut kita lalui, untuk
keselamatan kita pada hidup ini dan hidup setelah ini ...
 
============================================================
Akhir dari kutipan.                   ... Alhamdullillah ...

Indeks Islam | Indeks Artikel
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team