Kumpulan Artikel
Mengenai Peristiwa Ambon

ISNET Homepage | MEDIA Homepage
Program Kerja | Koleksi | Anggota | Indeks Artikel

 

Subject: [mus-lim] Pembantaian di Halmahera
Date: Thu, 6 Jan 2000 23:41:31 +0700
From: "Mohammad Najib" <najib@indo.net.id>
 
PEMBANTAIAN UMMAT ISLAM HALMAHERA UTARA:
TRAGEDI PASCA NATAL DI AWAL ABAD 21
 
1. Awal Pertumpahan Darah
 
Halmahera UTara mengakhiri abad 20 dan memulai penulisan
sejarahnya di awal abad 21 dengan darah. Kaum Kristiani yang
telah memusatkan kekuatannya dari berbagai kecamatan di
Halmahera Utara menjelang perayaan Natal 1999 memulai
penyerangan terhadap kaum Muslimin dari berbagai etnik pada
hari Minggu, tanggal 26 Desember di saat buka puasa. Serangan
pasca Natal yang terus berlangsung hingga hari ini di
kecamatan-kecamatan Tobelo, Galela, Kao, Sidangoli, Morotai
Selatan dan Jailolo telah menimbulkan kerugian yang tidak
terhingga di pihak ummat Islam.
 
Rentetan kekerasan terhadap ummat Islam ini dimulai secara
hampir serentak di dua kecamatan, yaitu kecamatan Tobelo dan
Galela. Kecamatan Tobelo mayoirtas Kristen sedangkan kecamatan
Galela, mayoritas Islam. Penyerangan di Tobelo dilakukan tidak
hanya terhadap ummat Islam tetapi juga terhadap etnis
Tionghoa. Penyerangan dilancarkan terhadap pemukiman Islam
yang terkosentrasi di dusun Gamsungi dan Dufa-Dufa. Ummat
Kristiani bersenjatakan parang, tombak, bom-bom rakitan dan
panah. Kaum Muslimin dan etnis Tionghoa yang terdesak akhirnya
mengungsi ke kedua masjid di kedua desa itu. Walaupun telah
menaikkan bendera putih tanda menyerah, kedua masjid utama di
Tobelo, yaitu masjid Jami di dusun Gamsungi dan masjid
Dufa-Dufa inipun akhirnya dibakar bersama-sama dengan 250
perempuan, anak-anak dan orangtua di dalamnya. Seluruh
pengungsi Muslim dan Tinonghoa itu akhirnya tewas mengenaskan
terpanggang api. Tubuh pak Imam Dufa-Dufa - Hj. Samun,
dipotong-potong dan dilemparkan ke api yang membakar masjidnya
sendiri. Toko-toko Tionghoa juga ludes dibakar pada tanggal 26
Desember 1999. Penyerangan atas ummat Islam di kecamatan
Tobelo akhirnya meluas ke desa-desa Gurua, Popili dan Luari.
Perumahan di ketiga desa ini disiram dengan bensin dengan
menggunakan tangki bensin, dan kemudian di bumi hanguskan.
Mayat-mayat dibiarkan bergelimpangan di jalan-jalan. Seorang
perempuan muslim diperkosa.
 
Di kecamatan Galela, kerusuhan dimulai oleh warga desa
Soatobaru yang beragama Kristen menyerang desa Dokulamo yang
beragama Islam. Selain rumah-rumah penduduk dibakar, masjid
Dokulamo beserta lainnya dibunuh secara kejam. Jenazah pak
Imam yang telah dikuburkan, digali kembali penyerang Kristen,
kemudian dipotong dua. Tubuh bagian atas pak Imam kemudian
disalib dalam masjid.
 
2. Wilayah Kekerasan Semakin Meluas
 
Penyerangan terhadap ummat Islam terus meluas ke
Kecamatan-kecamatan lain di Halmahera Utara.
Kecamatan-kecamatan berikut yang menjadi sasaran adalah:
kecamatan Kao- dimana ummat Islam adalah minoritas; kecamatan
Sidangoli dimana ummat Islam mayoritas; kecamatan Jailolo-
dimana dua desa ummat Islam telah dikepung selama tiga hari
belakangan ini; dan kecamatan Morotai Selatan yang mendapat
ancaman pengepungan dari kaum Kristiani dari pulau-pulau
kecil; Posi-Posi dan Loleo.
 
Karena ummat Islam di Halmahera Utara merupakan minoritas -
hanya satu kecamatan mayoritas Islam, yaitu kecamatan Galela,
diantara 8 kecamatan yang ada; di kecamatan-kecamatan lain
hanya ada kantong-kantong Islam yang kecil, maka penyerangan
ummat Kristian pada saat ini tidak terbendungkan. Bila dalam
beberapa hari ini tidak ada bantuan dari luar, maka dapat
dipastikan sebelum minggu pertama Januari 2000 berakhir, ummat
Islam akan punah untuk selama-lamanya dari bumi Halmahera
Utara.
 
3. Kondisi Terakhir
 
Sampai dengan laporan ini ditulis, 2.080 Muslim telah
meninggal dunia dan lebih dari 200 orang luka-luka berat dan
ringan. Kekerasan terhadap ummat Islam di Halmahera Utara
tidak saja dilakukan atas kaum laki-laki, tetapi juga yang
mengenaskan adalah kekejaman yang dilakukan terhadap kaum
perempuan, anak-anak dan orangtua. Sebanyak 250 perempuan dan
anak-anak serta orangtua di kecamatan Tobelo dimasukkan dalam
masjid Jami dan dibakar hidup-hidup. Di desa-desa Gurua,
Popilio dan Luari, ummat Islam dibantai dan mayat-mayat mereka
digelimpangkan sepanjang jalan desa. Hal ini dilaporkan oleh
seorang anggota Tim pembawa obat-obatan yang dikirim dari
Jakarta yang tiba di tempat kejadian tiga hari yang lalu.
 
Pembantaian ummat Islam di Halmahera Utara tidak hanya
ditujukan pada suku-suku asli tetapi juga terhadap para
pendatang. Dua truk suku Bugis yang sedang berusaha
menyelamatkan diri lewat Sidangoli, dibakar hidup-hidup. Suku
Jawa dan Minang juga tidak terkecuali.
 
Pada saat ini, sekitar 10.000 pengungsi masih tertinggal dan
terkurung di markas Kompi C Yon 732 Banau di Tobelo dan di
kampung Soasio di kecamatan Galela, Halmahera Utara. 5.000
pengungsi yang terdiri dari perempuan, anak-anak dan orangtua
telah diungsikan ke Ternate dan Tidore dengan menumpang KM
Lumbellu pada tanggal 02 Januari malam. Karena itu, jika
digabungkan dengan para pengungsi Muslim, suku Makian sebanyak
12.000 yang telah lebih dulu berada di kedua pulau itu, maka
jumlah pengungsi muslim seluruhnya yang berada di Ternate
Selatan dan Tidore kurang lebih berjumlah 17.000 jiwa.
 
4. Bantuan yang Diperlukan
 
Bantuan kapal perang untuk mengangkut pengungsi Muslim dari
Tobelo dan Galela sebagaimana yang diperintahkan oleh Presiden
Gus Dur, sampai hari ini belum tiba.
 
Walaupun demikian, Pimpinan TNI yang telah mengirim 2 batalyon
tambahan dari Jawa sejak tanggal 28 Desember 1999 yang lalu,
pasukan ini sekarang disebarkan di kecamatan-kecamatan Tobelo,
Kao, Galela, dan Jailolo. Di setiap tempat kurang lebih
terdapat 150 personil TNI. Jumlah dirasakan masih kurang untuk
meliputi area setiap kecamatan yang cukup luas. Diusulkan
untuk segera menambah paling kurang 1 batalyon lagi.
 
Akhirnya hal yang paling mendesak di mana sigap tanggap dan
cepat dari pemerintah pusat dan daerah adalah yang berkenan
dengan para pengungsi. DIperlukan bahan-bahan sembako dan
obat-obatan untuk 27.000 pengungsi yang tersebar di Tobelo,
Galela, Ternate dan Tidore. Juga dibutuhkan tenaga medis untuk
mengobati dan merawat mereka ygn luka-luka baik dari pihak
Muslim maupun dari pihak Nasrani.
 
Tim Penanggulangan dan Rehabilitasi Korban Kerusuhan Halmahera
Utara yang dapat dihubungi di telpon: (021) 8095036 dan fax:
(021) 82409354; atau di HP.: (0812) 9288160, sangat
mengharapkan bantuan dari saudara-saudara sebangsa dan setanah
air tanpa membeda-bedkan agama maupun suku.
 
Mengetahui dan Menyetujui
Panesehat,
 
Muslim Arbi
 
Jakarta, 03 Januari 2000
Koordinator,
 
H. Husen Alham

ISNET Homepage | MEDIA Homepage
Program Kerja | Koleksi | Anggota | Indeks Artikel

Please direct any suggestion to Media Team