Kumpulan Artikel
Mengenai Peristiwa Ambon

ISNET Homepage | MEDIA Homepage
Program Kerja | Koleksi | Anggota | Indeks Artikel

 

FAKTA DARI DESA GALALA-HATIVE KECIL, AMBON
(disalin/diubah dari dialek Ambon)
------------------------------------------------------------
 
Pada hari Rabu-11 Agustus 99, sebagian dari kami, pemuda
Kristen Hative Kecil menempati pos di dalam desa dan seba-
gian lagi berjaga-jaga di pos yang terletak agak tinggi pada
dinding bukit. Sekelompok aparat yang kami kenal sebagai
Kostrad, tiba-tiba muncul dan katanya akan menyuruh teman-
teman di pos gunung untuk mundur. Tetapi gelagat mereka sangat
mencurigakan. Hal ini kemudian terbukti dengan tindakan
mereka, bahwa mereka bukan mendekati pos gunung, tetapi
MENGURUNGNYA dan MULAI MENEMBAK.
 
Melihat keadaan teman-teman yang terkurung dan terancam, kami
mencoba membantu mereka dengan secara nekad melempar bom ke
pos aparat di Aster, dan menembak Kostrad yang mengurung pos
gunung dengan senjata rakitan kami. Usaha ini berhasil
menyelamatkan teman-teman di pos gunung, dan malah melukai
salah satu dari pengepung itu.
 
Karena itu, aparat ini semakin beringas dan menembak
membabi-buta ke segala arah. Peluru beterbangan dan dapat
dipungut di berbagai tempat di desa kami. Datang kemudian
bantuan aparat satu truk, dan ikut menembaki kami. Apalah
artinya kami dengan senjata rakitan, panah, bom, parang dan
tombak? Kami terpaksa mundur ke dalam desa, dan para aparat
itu maju.
 
Mereka terus menembak membabi-buta ke arah setiap rumah yang
ada di situ. Enam orang dari mereka, naik ke atas talut di
pinggir kali sehingga mereka sejajar dengan jendela Gereja
Imanuel (sektor Yabot) lalu menembaki Gereja. Sebagian lain
mengambil posisi di depan Gereja dan menghamburkan peluru
mereka ke dalam Gereja. Beberapa teman yang baru selesai
berdoa, tewas ditembusi peluru, dan seorang teman yg. sedang
membunyikan lonceng Gereja sebagai tanda bahaya, mati juga
tertembus peluru.
 
Mayat-mayat mereka kemudian diseret keluar Gereja untuk
mengubah fakta ini, tetapi kami kemudian melihat bercak,
tetesan dan goresan darah di lantai Gereja. Sementara itu,
masa berikat kepala putih (Islam) mulai menjarah dan membakar
rumah-rumah warga Kristen Hative Kecil asal Toraja.
 
Karena rumah-rumah mereka berdempetan, timbul kebakaran yang
hebat sehingga menghabiskan seluruhnya. Ketika nanti kami
mengumpulkan mayat teman-teman kami, ternyata tubuh sebagian
mereka sudah tidak lengkap. Ada yang tidak bertangan, tidak
berkaki, dan tidak berkepala, sedangkan beberapa dibiarkan
hangus terbakar bersama rumah mereka.
 
Yang sangat mengherankan kami adalah perubahan pola kerja
mereka. Biasanya yang menjadi sasaran utama pembakaran adalah
gedung Gereja. Tetapi kali ini, mereka membakar perumahan
penduduk, tetapi gedung Gereja hanya dirusak.
 
Tercatat dua Gereja yang dirusakkan, yaitu Gereja Pantekosta
di atas Aster, dan Gereja Imanuel tadi. Korban yang mati
tertembak adalah 12 orang (sebagian terpotong-potong dan
sebagian hangus, tetapi kelihatan lobang pelurunya).
 
Kami kemudian mendapat bantuan Satuan Perintis Polda, yang
menghabiskan seluruh amunisi mereka untuk mengusir penyerang
aparat dan ikat kepala putih. Setelah terjadi saling tembak
yang sengit dan lama, akhirnya penyerang itu mundur, dan kami
berhasil masuk Gereja Imanuel lagi. Sekarang ini kami bertahan
di Gereja Imanuel, tetapi untuk berapa lama? Satuan Perintis
Polda Maluku yang kehabisan amunisi itu sudah pergi, dan kami
tinggal sendiri, tanpa bantuan tenaga aparat keamanan.
 
Kalau bung Joshua punya jalan, tolonglah mintakan bantuan
untuk kami dari Kodam, atau dari mana saja. Tolong kami,
karena kami tidak bisa bertahan terhadap serangan seperti itu,
dimana kami harus berhadapan dengan hujan peluru. Berdoa bagi
kami di Gatik juga


ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota | Indeks Artikel

Please direct any suggestion to Media Team